Berita

21 Ton Cabai Kering Sulsel Diserap Pakistan

1

Kerjha ― Sebanyak 21 ton cabai kering asal Sulawesi Selatan (Sulsel) berhasil diserap pasar Pakistan. Dilepas Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo, Minggu (22/11) lalu, ekspor itu dilakukan PT Ransu Navigasi Nusantara.

Menurut Syahrul, capaian ini sangat mengembirakan karena pertanian tidak hanya tumbuh secara masif untuk kepentingan ketahanan pangan, tetapi juga untuk kepentingan ekspor yang terus berkembang. “Beragam komoditi, seperti cabai ini diekspor ke Pakistan untuk campuran pewarna tekstil mereka,” kata Syahrul.

Menurut Syahrul, pelepasan ini merupakan ekspor kedua setelah sebelumnya komoditas cabai kering juga menembus pasar Jepang. Jumlahnya mencapai 23 ton yang dikirim secara bertahap.

“Ini menjadi prospek, karena cabai bisa kita panen setiap saat. Potensi ini cukup tinggi. Sekarang mereka kontrak 100 ton, tapi ke depan, kita siap ekspor di angka 1.000 ton,” katanya.

Menurutnya, keberhasilan ekspor menuju pasar baru di Asia bukanlah sesuatu yang mudah. Apalagi dalam perjalananya, eksportir selalu dihadapkan pada masalah perizinanan dan tingkat kepercayaan terhadap suatu negara.

Syahrul berharap, para pengusaha dan eksportir terus konsisten menjaga produk untuk bisa menembus pasar mancanegara.

“Jangan diukur seberapa besar uangnya, karena yang paling penting, kita tidak istirahat langkahnya. Tidak ada yang berhenti dan jajaran pertanian tidak boleh istirahat. Kenapa, karena pertanian tidak mengenal hari,” katanya.

Kepala Badan Karantina Pertanian (Barantan) Ali Jamil menambahkan, yang terpenting dalam proses ekspor adalah memperhatikan hilirisasi produk pertanian menjadi salah satu fokus upaya peningkatan ekspor nasional.

“Produk pertanian segar yang tidak tahan lama atau bersifat perishable harus dihilirasasi, sehingga memberi nilai tambah dan menjamin keberterimaan produk di negara tujuan, karena tidak mudah rusak dan mutu terjaga,” katanya.

Selain ekspor cabai kering, Syahrul juga melepas komoditas pertanian asal sub sektor perkebunan, tanaman pangan dan hortikultura, seperti biji, kulit, cangkang, kelapa parut, karet, porang, cincau hitam, pisang, manggis hingga kencur dengan total 114,1 ton atau senilai Rp 21,3 miliar menuju Asia dan Eropa.

Berdasarkan data lalu lintas ekspor pertanian di Karantina Makassar, pertumbuhan negara tujuan ekspor meningkat sebesar delapan persen. Jika pada 2019 terdapat 133 negara tujuan ekspor, hingga Oktober 2020 bertambah menjadi 143 negara atau bertambah 10 negara tujuan baru seperti Thailand, India dan Tiongkok.

Sebagai informasi tambahan, dari data Badan Pusat Statistik (BPS) pada Oktober 2002, nilai ekspor pertanian terus mengalami pertumbuhan positif hingga sebesar USD 0,42 miliar atau tumbuh 1,26 persen jika dibandingkan bulan sebelumnya. Sementara jika dibandingkan tahun sebelumnya, kinerja ekspor pertanian mencatat pertumbuhan 23,80 persen. (AJI)

Tulisan Terkait

1 Comment

  1. Siapa penulis berita ini?

Leave a reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *