Headline

Cara Jokowi Bangun Ekosistem Kendaraan Listrik Berbasis Baterai

0

Kerjha ― Mengawali kepemimpinannya di peridoe kedua, Presiden Joko Widodo (Jokowi) langsung tancap gas dalam membangun kemandirian bangsa. Langkah itu bisa dilihat dari transformasi ekonomi yang dilakukannya dengan menghentikan ekspor aneka bahan mentah pertambangan, termasuk nikel.

Bahkan, dalam musyawarah perencanaan pembangunan penyusunan RPJMN 2019-2024, Jokowi bersikap tegas dan tidak gentar menghadapi gugatan Uni Eropa lewat Organisasi Perdagangan Dunia atau World Trade Organization (WTO) terkait langkahnya menghentikan ekspor bijih nikel mentah.

Salah satu hasil kenekatan Jokowi itu, setidaknya kini sudah mulai kelihatan dengan adanya kemajuan pesat dalam pengembangan ekosistem kendaraan listrik berbasis baterai. Selain ada pembangunan pabrik baterai, industri kendaraan listrik sudah mampu menghasilkan produk nyata, seperti yang ditunjukkan PT INKA dan sejumlah perguruan tinggi di Indonesia.

Di luar itu, implementasi penggunaan kendaraan listrik berbasis baterai dalam jasa transportasi umum juga sudah berjalan sebagaimana ditunjukkan perusahaan taksi dan angkutan umum dengan bus listrik. Yang menarik, berkat hasil kerja sinergis antarkementrian dan lembaga terkait, pada akhir 2020, PLN juga sudah mengoperasikan ssejumlah Stasiun Pengisian Kendaraan Listrik Umum (SPKLU) di ruas Tol Jakarta-Surabaya.

Seperti diketahui, sebelum tutup tahun PLN telah meresmikan penambahan empat stasiun pengisian kendaraan listrik di ruas Tol Jakarta-Suarabaya, yaitu SPKLU Rest Area Km 207 A Palikanci, SPKLU Rest Area 379 Batang, dan SPKLU Rest Area Km 519 A/B Sragen. Direncanakan hingga 2025 mendatang, PLN akan membangun 2.400 SPKLU.

Untuk menguji keandalam ekosistem transportasi listrik berbasis baterai tersebut, pada 25-26 Desember 2020 lalu Komisaris PLN Dudy Puwagandhi telah melakukan uji coba perjalanan mobil listrik dari Jakarta ke Bali. Rombongan singgah di seluruh SPKLU PLN (delapan titik) untuk memastikan SPKLU berfungsi dengan baik.

Pada hari pertama, perjalanan dimulai dari Jakarta hingga Surabaya dengan jarak tempuh 787 km. Dengan mobil listrik, biaya yang diperlukan sekitar Rp 118 ribu. Sementara dengan mobil biasa, bisa mencapai Rp 700 ribu.

Hari kedua dilanjutkan dari Surabaya hingga Bali dengan jarak 461 km. Biaya yang diperlukan dengan mobil listrik sekitar Rp 69 ribu, sementara dengan mobil biasa bisa mencapai Rp 400 ribu.

Hasil uji kendaraan listrik Jakarta-Bali ini ternyata terbukti lebih irit dari kendaraan konvensional berbahan bakar minyak bumi.

Karena itu pula, Kementerian ESDM dan Kementerian BUMN―melalui Pertamina dan PLN—terus berkomitmen mendorong pengembangan ekosistem Kendaraan Bermotor Listrik Berbasis Baterai (KBLBB) dengan memastikan penyediaan infrastruktur kelistrikan.

Langkah ini juga mendapat dukungan dari Kementerian Perindustrian, Kementerian Perhubungan dan lembaga terkait lainnya. (BUD)

Tulisan Terkait

Comments

Leave a reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *