Headline

Cerita Ridwan Kamil Jadi Relawan Vaksin Covid-19

0

Kerjha ― Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil menjadi salah satu 1.620 relawan ujicoba fase ketiga vaksin Covid-19 di Universitas Padjajaran, Bandung, beberapa waktu lalu.

Secara sukarela ia mengaku siap menjalani tiap tahapan uji klinis yang digelar. “Tahap satu vaksin disuntikkan pada relawan yang jumlahnya di bawah 100 orang. Tahap dua, disuntikkan pada relawan dengan jumlah antar 100 hingga 1.000 orang. Dan, tahap tiga untuk 1.620 relawan,” katanya saat diwawancarai Juru Bicara Satgas Penanganan Covid-19 Reisa Brotoasmoro, belum lama ini.

Berdasarkan pengalamannya dalam menjalani uji coba, syaratnya harus mendatangi hingga lima kali kunjungan. Pertama, melakukan tes PCR, rapid test dan sejenisnya untuk pengondisian. Kunjungan kedua, menerima suntikan vaksin tahap satu, kunjungan ketiga disuntik tahap kedua, kunjungan keempat dan kelima diambil darah untuk dicek reaksi dari vaksin yang disuntikkan.

“Apakah setelah disuntik vaksin, di dalam tubuh saya antibodi berlimpah atau tidak. Nah, kalau berlimpahnya sampai 90 persen, berarti badan saya siap melawan virus Covid-19 yang akan menyerang. Pengambilan darah kedua akan dilakukan Desember 2020, sekaligus untuk melihat hasilnya,” ujarnya.

Jika hasil uji darah Desember kelak berhasil, maka produksi vaksin secara masal baru bisa dimulai dan dilanjutkan vaksinasi untuk masyarakat secara luas.

Dia bilang, upaya yang dilakukan pemerintah memang tidak mudah. Apalagi masih ada kelompok masyarakat yang meragukan keamanan vaksin. Bahkan, Ridwan Kamil yang mengikuti proses relawan vaksin pun dituding hanya berpura-pura atau menyebarkan berita bohong, ketika fotonya saat menjalani proses pengambilan darah diunggah di akun media sosial pribadinya dan beredar luas.

“Persepsi publik, orang-orang yang tidak paham menyangka saya bohong. Karena menurut yang tidak paham, jarum suntik itu masih seperti model yang lama, padahal dalam tes vaksin menggunakan jarum suntik modern yang disebut vacutainer,” ungkapnya.

Karena itu, ia meminta masyarakat yang tidak paham tentang prosesnya, jangan berkomentar memprovokasi. Sebaliknya, ia menyarankan masyarakat untuk bertanya agar memahami prosesnya. Ia juga meyakinkan, sejauh ini yang ia rasakan tidak ada dampak medis yang ditimbulkan akibat vaksin tersebut.

Untuk diketahui, hingga saat ini terdapat beberapa kandidat vaksin Covid-19 yang akan digunakan di Indonesia. Selain vaksin Merah Putih yang dikembangkan oleh Kementerian Riset dan Teknologi, Badan Riset dan Inovasi Nasional serta Lembaga Biologi Molekuler Eijkman, ada pula kandidat vaksin kolaborasi Bio Farma dengan Sinovac dari Tiongkok, Kimia Farma dengan G42 dari Uni Emirat Arab, dan Kalbe Farma dengan Genexine dari Korea Selatan. (PUT)

Tulisan Terkait

Comments

Leave a reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *