Berita

Kisah Mahpuduah Gerakkan Ibu-ibu Bangun UMKM Kampung Kue

0

Kerjha ― Choirul Mahpuduah tak pernah membayangkan komunitas ibu-ibu di Kampung Kue, yang dirintisnya sejak 2005, akan menangguk sukses seperti sekarang. Perempuan berusia 53 tahun itu tak menyangka komunitas usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) ini bisa menjala omzet hingga Rp 20 juta per hari.

Kendati sempat sempoyongan dihantam pandemi, mereka tak pernah menyerah. Bayangkan saja, omzet yang semula mencapai Rp 20 juta tadi, merosot tajam hingga tinggal 10 persennya saja. Mulai Juli 2021, tatkala ekonomi mulai membaik, omzet Mahpuduah dan kawan-kawan mulai merangkat naik. Hingga pada 2022 ini, Kampung Kue bisa bangkit kembali.

Semula Mahpuduah adalah buruh pabrik. Pada 2005, ia terkena pemutusan hubungan kerja (PHK). Tak mau lama-lama berdiam diri, ia pun mendirikan komunitas usaha perempuan di kampungnya, di Kelurahan Kalirungkut, Kecamatan Rungkut, Surabaya. Komunitas itu diberi nama Paguyuban Kampung Kue. Kini komunitas itu beranggotakan 63 orang pengusaha kue.

“Kampung kue saya gagas mulai 2005. Saya melihat banyak ibu di kampung saya kalau pagi sudah menganggur atau merumpi, tidak melakukan kegiatan yang produktif. Kalau siang sebagian dari mereka dikejar-kejar rentenir,” katanya, seperti dikutip dalam keterangan resmi BRI, Minggu (22/5).

Bertekad mengajak para ibu lebih produktif, ia pun melakukan pengamatan kecil-kecilan. Ia memetakan, pada 1970-an, warga setempat dikenal sebagai produsen pakaian dalam laki-laki dan perempuan. Ada juga yang memproduksi kue.

Semula Mahpuduah berpikir untuk mengembangkan potensi usaha sulam pita. Namun sayang usaha itu tidak terlalu sukses.

Akhirnya, pada 2005 resmi berdiri komunitas Kampung Kue. Yang bergabung adalah pembuat kue basah maupun kering. “Lama-kelamaan kita punya jaringan dengan LSM perempuan, serikat buruh, dinas terkait, perusahaan swasta, BUMN, universitas dan para mahasiswa. Berjejaring, akhirnya membuat nama Kampung Kue semakin dikenal,” ujarnya.

Saat awal mendirikan Kampung Kue, mereka dihadapkan dengan kesulitan pembiayaan. Saat itu, semua pendanaan masih keluar dari kantong pribadi Mahpuduah. Kemudian, dia sadar diperlukan iurun dana dari anggota. Saat itu terkumpulah dana sebanyak Rp 150 ribu yang berasal dari tiga orang anggota komunitas Kampung Kue. Dana tersebut lalu digunakan untuk simpan pinjam anggota, jika memerlukan dana untuk membuat kue.

Seiring berjalannya waktu, anggota komunitas ini terus bertambah. Dari 10 orang menjadi 15 orang, dan hingga kini terdapat 63 orang. Setiap anggota diarahkan untuk memiliki simpanan pokok Rp 50 ribu, dan simpanan sukarela yang disesuaikan dengan kemampuan anggota. Sementara simpanan wajibnya dikutip Rp 10 ribu per bulan.

“Saat pertama kali berdiri, komunitas kesulitan dalam pendanaan. Tapi setelah perusahaan swasta, BUMN, pemerintah, hingga akademisi mengenal Kampung Kue, akses permodalan pun menjadi lebih mudah, termasuk dengan BRI,” ujarnya.

Kampung Kue memproduksi aneka kue basah dan kue kering. Kue kering, yang relatif lebih tahan lama telah dipasarkan hingga ke Jakarta, Kalimantan, Bogor, Batam, Mataram, dan Bali. Bahkan, salah satu produknya, yakni almond crispy telah menembus pasar Singapura melalui Bank Indonesia.

Mahpuduah mengatakan, hampir semua anggota komunitas Kampung Kue adalah nasabah BRI. Pada 2021, mereka menjadi mitra binaan BRI yang membantu sarana dan prasarana.

“Seperti tenda, celemek, meja, baju, topi, dan pameran-pameran kita diajak BRI untuk mempromosikan produk Kampung Kue. Kami tidak dapat bantuan uang, tapi sarana dan prasarana dalam bentuk barang yang bisa kita manfaatkan,” ungkapnya.

Pada 8 Februari 2022, Kampung Kue diresmikan oleh Walikota Surabaya Eri Cahyadi sebagai Kampung Wisata Kuliner dan Edukasi.

“Selama bekerja sama dengan banyak pihak, kita lebih mengutamakan kerja sama bantuan sarana dan prasarana, pelatihan-pelatihan, digital marketing, hingga food photography. BRI juga mengajak kita untuk ikut Bazaar Ramadhan di Maspion Square. Menurut saya, BRI telah memudahkan ibu-ibu membuka usaha,” tuturnya. (MET)

Tulisan Terkait

Comments

Leave a reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *