Headline

Kisah Pindad Membina Pengrajin Senapan Angin

0

Kerjha ― Sebagai perusahaan BUMN yang bergerak di bidang industri pertahanan dan manufaktur, PT Pindad (Persero) membikin senjata laras panjang, senjata genggam, pistol, bahkan panser, itu sudah biasa.

Tapi sepak terjang Pindad tak cuma itu saja. Perusahaan ini juga terjun langsung membina pengrajin senapan angin rumahan yang tersebar di berbagai wilayah seperti Cipacing, Cikeruh, dan Cinunuk di Kabupaten Sumedang hingga Kabupaten Bandung.

Usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) yang dibina Pindad melalui Biro Program Kemitraan dan Bina Lingkungan (PKBL), lumayan banyak. Hingga pertengahan tahun ini, jumlahnya mencapai 500-an unit, termasuk pengrajin senapan angin tadi.

Senapan angin bikinan pengrajin, biasanya dicari masyarakat untuk berolahraga, berburu hingga dikoleksi.

Pengrajin senapan angin, terutama dari Desa Cipacing, Kabupaten Sumedang kondang sejak tahun 1960-an. Puluhan warga di sana berprofesi sebagai pengrajin dan memiliki usaha membuat senapan angin dan aksesorinya.

Jenis senapan angin yang diproduksi sangat bervariasi. Tidak hanya manual atau pompa, namun juga menggunakan sistem gas tekan atau Pre-Charged Pneumatic (PCP). Aneka senapan angin ini tidak hanya dipakai oleh masyarakat Jawa Barat, tetapi juga banyak dicari orang dari berbagai kota di Indonesia.

Melalui program kemitraannya, Pindad berupaya untuk meningkatkan kemampuan UMKM agar menjadi lebih tangguh dan mandiri. Program kemitraan tersebut, antara lain disalurkan dalam bentuk pinjaman modal kerja. Melalui langkah inilah, diharapkan mereka bisa beralih status dari pengrajin menjadi pengusaha mandiri.

Undang Rahmat, pengrajin senapan angin di Cinunuk, misalnya, telah dibina Pindad sejak 1999 hingga sekarang. “Alhamdulillah sejak sekitar tahun 1999, setelah krisis moneter kami sangat terbantu dengan pinjaman modal kerja yang cicilannya sangat ringan. Saat ini kami bisa mendapatkan omset hingga Rp 150 juta per bulan dari jasa servis, pembuatan senapan angin juga pengisian angin,” ujar Undang.

Sementara, Asep Edi, pengrajin senapan angin di Cipacing, telah bermitra dengan Pindad selama 9 tahun. “Kami yang membuat berbagai komponen hingga senapan angin sangat terbantu dengan pinjaman modal dari Pindad, hingga bisa menghidupi 14 orang karyawan,” ujar Asep.

Adapun H. Syamsudin, pengrajin senapan angin dari Cikeruh tidak hanya terbantu modal, tetapi juga pembinaan dan diikutsertakan berpromosi dalam pameran. “Kami yang telah bermitra selama 20 tahun, sangat terbantu. Selain diberikan bantuan APD dan pembinaan mengenai K3, kami juga diperkenalkan melalui pameran yang didukung Pindad. Saat ini kami sedang dibantu pembinaan terkait merek dagang,” tutur H. Syamsudin.

Melalui program PKBL, Pindad tak cuma memberikan program dana bergulir berupa pinjaman modal kerja, tapi juga memberikan pembinaan dalam bentuk pelatihan teknik, manajemen, teknik pembukuan sederhana, pelatihan keselamatan dan kesehatan kerja (K3), serta pemasaran.

Saat ini Pindad juga tengah memberikan bantuan peningkatan status usaha dari kelompok pengrajin senapan angin menjadi pengusaha kecil yang mempunyai merek dagang. Selanjutnya akan dijajaki pula pendampingan terkait paten produk.

Pindad juga telah memberikan bantuan APD, sepatu, media publikasi, seperti spanduk dan banner K3 serta pembinaan manajemen operasi.

Selain pengrajin senapan angin, Pindad juga bersinergi dengan mitra binaan di Ciwidey, Kabupaten Bandung. Mereka diajak memproduksi aksesori tambahan untuk kendaraan tempur Anoa, seperti sekop, balincong dan kapak standar TNI pada body kendaraan.

UMKM binaan ini selain mendukung produk Pindad, juga memproduksi golok, pisau, clurit, cangkul, linggis dan aneka jenis alat pertanian lainnya.

Selain itu juga terdapat UMKM lain, seperti pengrajin olahan berbahan dasar kulit seperti jaket, tas, dompet, ikat pinggang, dan lain-lain yang berada di wilayah Garut. (MUR/Foto: Pindad)

Tulisan Terkait

Comments

Leave a reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *