Headline

Mereka Memburu Manfaat Kartu Prakerja

0

Kerjha ― Tim Nasional Percepatan Penanggulangan Kemiskinan
(TNP2K) melansir hasil survei terhadap 4.777 lebih penerima program Kartu Prakerja, 8 Juni lalu.

Dari survei tersebut diketahui hasil, mengapa responden tertarik untuk memburu manfaat program Kartu Prakerja ini. Sebesar 97,6 persen responden yang telah menerima kartu ini, mayoritas ingin menambah keterampilan sebagai manfaat utama, kemudian diikuti ingin meningkatkan keterampilan, mendapatkan sertifikat, memperoleh insentif, serta ingin bisa berwirausaha.

“Berdasarkan survei ini, sebanyak 96,7 persen responden menjawab mereka menerima manfaat dari program ini karena dapat membantu kondisi perekonomian mereka. Hal ini menunjukkan jika program ini memang dibutuhkan oleh para responden, terutama dalam masa pandemi ini,” ujar Denni Purbasari, Direktur Eksekutif Manajemen Pelaksana Program Kartu Prakerja.

Selain itu, survei juga menemukan lebih dari 80 persen penerima program Kartu Prakerja sedang tidak memiliki perkerjaan alias menganggur. Temuan angka ini bertambah dua kali lipat dari sebelum terjadinya pandemi, di mana hanya sebanyak 37,6 persen responden saja yang tidak memiliki perkerjaan.

Dari temuan ini, ungkap Denni, responden memang berniat menggunakan insentif untuk hal-hal yang berhubungan dengan pencarian pekerjaan. “Hal ini mengukuhkan kesimpulan kami bahwa para penerima bantuan menggunakan insentif untuk meningkatkan daya beli, modal usaha atau mencari kerja,” ujar Denni.

Dari survei ini didapatkan data, mayoritas responden menggunakan insentif untuk membiayai kebutuhan hidup (4.105 responden), sebagai modal usaha (1.228 responden), dan untuk biaya mencari kerja (1.101 responden).

Selain itu, motivasi mengikuti pelatihan juga menjadi topik utama dari survei ini. Umumnya, para peserta memilih pelatihan karena faktor pertimbangan memiliki sertifikat, harga pelatihan, durasi, promosi yang dilakukan oleh platform digital, judul pelatihan, deskripsi dan silabus pelatihan, merek dari platform digital, serta tenaga infrastruktur.

Sementara Elan Satriawan, pakar ekonomi dari TNP2K menyampaikan, indikator keberhasilan dari program ini salah satunya adalah meningkatnya skill para peserta pelatihan. Namun, hal ini juga bergantung pada situasi perekonomian.

“Situasi pandemi ini tentu saja berbeda dengan situasi normal, sehingga mengukur keberhasilan program ini sulit jika menggunakan indikator perolehan pekerjaan. Yang bisa ditingkatkan lagi untuk program ini adalah yang terkait dengan program link and match, di mana terdapat kurasi dari kebutuhan para peserta program yang sesuai dengan keterampilan apa yang dibutuhkan di pasar. Pelatihan yang dibutuhkan dapat disediakan melalui program ini,” ungkapnya.

Survei ini diikuti oleh responden laki-laki sebesar 66,5 persen dan perempuan sebesar 33,5 persen, dengan latar belakang tingkat pendidikan terbesar adalah SMA/SMK atau sederajat (2.815 responden), dan sarjana S1 (1.207 responden).

Sementara mayoritas responden yang mengikuti survei ini berumur 25-34 tahun (sebanyak 2.129 responden), berumur 18-24 tahun (1.977 responden), berumur 35-44 tahun (504 responden) dan berumur di atas 45 tahun (167 responden).

Untuk diketahui, program Kartu Prakerja merupakan program pengembangan kompetensi dan peningkatan produktivitas melalui bantuan biaya pelatihan yang diberikan kepada warga Indonesia yang berusia 18 tahun ke atas, tidak sedang sekolah/kuliah termasuk mereka yang terkena dampak langsung dari Covid-19.

Jenis pelatihan yang dapat diambil dalam program Kartu Prakerja di masa pandemi Covid-19 adalah yang berbasis daring.

Adapun platform digital yang bekerja sama dengan program Kartu Prakerja sampai saat ini, antara lain Tokopedia, Bukalapak, Skill Academy by Ruangguru, MauBelajarApa, HarukaEdu, PijarMahir, Sekolah.mu dan Sisnaker. Sedangkan mitra pembayaran resmi untuk penyaluran insentif sampai saat ini adalah BNI, LinkAja, Ovo dan GoPay. (PUT)

Tulisan Terkait

Comments

Leave a reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *