Headline

Pemerintah Optimistis Pemulihan Ekonomi di 2021 

0

Kerjha ― Pemerintah optimistis mampu melakukan pemulihan ekonomi yang terdampak pandemi di tahun depan. Untuk mewujudkan optimisme itu, Presiden Joko Widodo (Jokowi) meminta agar kebijakan yang berjalan baik di 2020 ini tetap diteruskan, terutama dalam penanganan Covid-19 dan pemulihan kehidupan masyarakat.

“Pemerintah akan segera memberikan vaksin gratis ke seluruh masyarakat di awal 2021. Program vaksinasi ini diharapkan akan memberikan kepercayaan publik terhadap penanganan Covid-19 dan menimbulkan rasa aman di masyarakat. Dengan demikian, pemulihan ekonomi nasional diharapkan dapat berjalan dengan lebih cepat,” kata Jokowi saat membuka Diskusi Panel Outlook Ekonomi dengan tema “Meraih Peluang Pemulihan Ekonomi di 2021”, Selasa (22/12) lalu.

Sejumlah reformasi struktural yang telah disiapkan pemerintah di tahun ini diperkirakan akan mulai terlihat hasilnya di tahun 2021. Implementasi Undang-Undang Cipta Kerja, melalui sejumlah peraturan pelaksanaan akan mulai diberlakukan pada Februari 2021 dan diharapkan akan mendorong aktivitas ekonomi-sosial masyarakat, mendukung masuknya investasi juga capital inflow.

Selain itu, Sovereign Wealth Fund (SWF) atau Lembaga Pengelola Investasi (LPI), yang dikenal dengan Indonesia Investment Authority (INA), diperkirakan akan mendorong pembangunan di berbagai sektor dan infrastruktur. SWF merupakan sumber pembiayaan pembangunan baru yang tidak berbasis pinjaman tetapi dalam bentuk penyertaan modal atau ekuitas.

Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto mengatakan, pemerintah telah mempersiapkan langkah mendasar dengan melakukan reformasi struktural yang akan mulai di awal tahun depan, diharapkan hasilnya pun sudah mulai terlihat di sepanjang 2021.

“Pemerintah menggunakan momentum ini untuk meraih peluang dalam mendorong pemulihan ekonomi. Pemerintah akan melakukan reformasi struktural melalui kemudahan berusaha, pemberian insentif usaha dan dukungan UMKM untuk memberikan kepastian usaha serta menciptakan iklim usaha dan investasi yang lebih baik, sehingga penciptaan lapangan kerja dapat terealisasi. Salah satu pendorong utama (key-driver) yang diandalkan adalah melalui Undang-Undang Cipta Kerja,” ungkap Airlangga.

Selain itu, sejumlah strategi lainnya yang turut disiapkan adalah dengan melanjutkan Program Komite Penanganan Covid-19 dan Pemulihan Ekonomi Nasional (KPCPEN) pada 2021, dukungan kebijakan untuk pemberdayaan UMKM, penyusunan Daftar Prioritas Investasi (DPI), dan pembentukan Lembaga Pengelola Investasi (LPI) atau SWF.

Sinyal pemulihan mulai terlihat di akhir tahun ini. Ekspor, misalnya, mulai tampak pulih dan tren ini diharapkan terus terjaga pada 2021. Di samping itu, Indonesia telah mendapatkan kembali fasilitas Generalized System of Preferences (GSP) yang tentunya akan mendorong ekspor Indonesia.

Transaksi berjalan Indonesia pun pertama kalinya surplus sebesar USD 964 juta atau 0,36 persen terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) sejak 10 tahun terakhir.  Kondisi ini juga didukung oleh Neraca Perdagangan Indonesia yang hingga Oktober 2020 surplus sebesar USD 17,07 miliar, serta cadangan devisa yang cukup tinggi sebesar USD 135,2 miliar pada triwulan ketiga 2020.
Berdasarkan data PDB pada periode tersebut telah menunjukkan tren perbaikan, dan pemerintah optimistis akan terus berlanjut di triwulan keempat 2020 hingga sepanjang 2021.

“Indonesia telah melewati posisi rock bottom, posisi terendah ekonomi pada triwulan kedua. Kita optimistis tren perbaikan dan pemulihan ekonomi akan terus berlanjut pada tahun mendatang,” ujar Airlangga.

Selain itu, tren perbaikan juga terlihat dari kinerja pasar saham dan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika. IHSG berada pada kisaran 6.100 dan rupiah pada posisi 14.100 per dolar Amerika, posisi yang relatif stabil dan mulai kembali atau bahkan lebih baik dari sebelum kondisi Covid-19.
Konsumsi domestik dan inflasi juga menunjukkan tren perbaikan, memperkuat fondasi pemulihan ekonomi dari sisi demand. Permintaan domestik dan keyakinan konsumen yang membaik, memicu aktivitas produksi domestik.

“Di sisi supply, di tengah kontraksi ekonomi yang terjadi, masih terdapat sektor yang mampu bertahan dan tumbuh positif di sepanjang 2020, seperti sektor pertanian, informasi dan komunikasi, jasa kesehatan dan kegiatan sosial, serta jasa pendidikan,” lanjutnya.

Peluang berikutnya berasal dari pemulihan harga komoditas utama Indonesia di pasar global, seperti CPO dan nikel. Pulihnya harga komoditas ini akan memberikan dampak multiplier yang besar terhadap aktivitas ekonomi domestik sehingga dapat mempercepat pemulihan ekonomi nasional.

Hal lain yang harus dimanfaatkan adalah aktivitas perdagangan internasional yang semakin terintegrasi. Hal ini contohnya dilakukan melalui perjanjian Regional Comprehensive Economic Partnership (RCEP) secara luas oleh 10 negara ASEAN dan lima mitra dagang besar, serta kerja sama internasional lainnya.

Dengan berbagai tren positif serta berbagai bauran kebijakan dan program, dengan memanfaatkan momentum dan meraih peluang pemulihan ekonomi, diharapkan ekonomi Indonesia dapat tumbuh di kisaran 4,5 persen hingga 5,5 persen di tahun depan.

Namun Airlangga mengingatkan, berbagai upaya pemerintah tersebut tidak akan berhasil tanpa dukungan dari seluruh pemangku kepentingan. Berbagai ikhtiar itu harus dibarengi dengan koordinasi dan sinergi antara pemerintah, dunia usaha dan seluruh komponen masyarakat. Semua harus saling memperkuat untuk menjawab tantangan dan memanfaatkan peluang pemulihan ekonomi pada 2021. (MEY)

Tulisan Terkait

Comments

Leave a reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *