Berita

Pertamina Kembangkan Teknologi Penangkapan dan Penyimpanan Karbon

0

Kerjha ― PT Pertamina (Persero) terus mengembangkan teknologi penangkapan dan penyimpanan karbon atau Carbon Capture Storage/Carbon Capture Utilization and Storage (CCS/CCUS) untuk mendukung pemerintah dalam mewujudkan target Net Zero Emission (NZE) pada 2060. Implementasi CCS/CCUS di Indonesia diyakini dapat mendukung peningkatan produksi migas sekaligus mengurangi emisi gas rumah kaca.

Untuk mewujudkan hal tersebut, Pertamina pun melakukan penandatanganan Memorandum of Understanding (MoU) dengan sejumlah pihak terkait implementasi teknologi CCS/CCUS. Antara lain PT Pertamina Hulu Mahakam, PT Pertamina Hulu Sanga-Sanga dan PT Pertamina Hulu Rokan, yang bekerjasama dengan Kementerian ESDM, Chevron dan Mitsui.

Direktur Utama Pertamina, Nicke Widyawati menjelaskan, melalui kegiatan CCUS, Pertamina akan memainkan perannya sebagai pemasok energi nasional yang berkelanjutan, sekaligus memberikan solusi pengurangan karbon dan meningkatkan perekonomian serta multiplier effect lainnya.

“Pertamina siap dan berkomitmen untuk berkontribusi terhadap upaya negara sebagaimana terangkum dalam Peta Jalan NZE kami. Peta jalan ini dilandasi oleh tiga pilar strategis utama, yaitu dekarbonisasi pada aset yang ada, pengembangan bisnis energi ramah lingkungan, dan inisiatif negatif karbon seperti CCUS & Nature-Based Solutions (NBS),” ujar Nicke di Jakarta, Senin (11/9).

Menurutnya, peran aktif Pertamina dalam pelaksanaan operasi CCUS telah ditunjukkan dengan injeksi CO2 di Lapangan Pertamina EP, Jatibarang, Jawa Barat. Teknologi Enhanced Oil Recovery (EOR) yang memanfaatkan CO2 untuk huff and puff telah memberikan dampak positif pada reservoir. Selain itu, Pertamina juga akan melakukan injeksi CO2 di Lapangan Sukowati, Jawa Timur, untuk meningkatkan produksi minyak dan gas sekaligus berpotensi menyimpan CO2.

Pertamina, lanjut Nicke, secara aktif mendukung target penting pemerintah Indonesia untuk menjadi salah satu pelaksana CCS Hub di kawasan ASEAN. Menurutnya, misi Indonesia untuk mengembangkan CCS memiliki masa depan yang menjanjikan. Terlebih Indonesia memiliki sumber daya alam yang melimpah, seperti minyak, gas, dan batu bara. Hal ini membuktikan adanya cekungan sedimen yang berpotensi untuk penyimpanan CO2 di seluruh negeri.

Berbagai penelitian menyebutkan bahwa terdapat potensi kapasitas penyimpanan hingga 400 gigaton (GT) di cekungan sedimen tersebut. Posisi geografis Indonesia juga dipandang menguntungkan transportasi CO2 lintas batas negara, sehingga mendukung pengembangan CCS Hub di kawasan Asia Pasifik.

Nicke juga mengatakan, Pertamina siap untuk berkolaborasi dengan berbagai pihak terkait pengembangan CCS/CCUS ini.

“Jika diperlukan, kami juga siap terlibat aktif dalam peraturan dan kebijakan mendatang untuk menciptakan ekosistem CCS/CCUS yang lebih komprehensif di Indonesia,” imbuhnya.

Pada kesempatan yangs sama, Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Menko Marves) Luhut Binsar Pandjaitan yang hadir secara daring menyebutkan saat ini teknologi CCS/CCUS sudah diterapkan oleh negara-negara dunia, sebagai upaya untuk menekan emisi. Menurutnya, pengembangan CCS HUB di Tanah Air memiliki potensi besar, mengingat Indonesia kaya akan sumber daya alam. Indonesia juga memiliki potensi penyimpanan hingga 400 gigaton.

”Melalui kolaborasi dan berbagi pengetahuan, kita dapat memanfaatkan potensi penuh CCS untuk mewujudkan masa depan Asia Tenggara yang berkelanjutan,” jelas Luhut.

Ia juga menyampaikan apresiasi kepada seluruh pihak yang telah mendukung pengembangan CCS/CCUS di Indonesia. (EDA)

Tulisan Terkait

Comments

Leave a reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *