Headline

Program Ngopi Doeloe PGE Kerek Potensi Kopi Ulubelu

0

Kerjha  —  Menjamurnya kedai-kedai kopi di Indonesia telah memacu meningkatnya konsumsi kopi nasional. Data Kementerian Pertanian menunjukkan, konsumsi kopi domestik naik 13,9 persen (year on year), mencapai 294 ribu ton pada 2020.

Ceruk pasar yang menggiurkan ini pun menarik minat para milenial. Mereka kini tak malu-malu lagi untuk menjadi petani. Kukuh Diki Prasetia, misalnya. Pria alumni Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY) berusia 30 tahun ini memiliki lahan kopi seluas 100 hektare di Ulubelu, Tanggamus, Lampung. Dari lahannya ini, dia mampu memproduksi sekitar 100 ton kopi per tahun.

“Saya dulu awalnya 2013-2015 buka kedai kopi di Yogyakarta. Lalu 2016 pulang ke Lampung,” kata Kukuh.

Di kampung halamannya, Kukuh fokus mengembangkan perkebunan kopi, mulai saat tanam hingga pascapanen. Bahkan, dia juga membangun kedai kopi berbasis edukasi di lahan rumahnya. Selain tempat ngopi, kedai Kopi Beloe miliknya juga kini menjadi mitra pemerintah daerah untuk mengedukasi para petani dan anak muda seantero negeri yang ingin menekuni bisnis kopi.

Misinya untuk meningkatkan kesejahteraan petani Ulubelu dan mengangkat kopi khas Lampung ini ke berbagai penjuru ini membuat PT Pertamina Geothermal Energy (PGE) tertarik. Bersama Kukuh, PGE melalui program Corporate Social Responsibility (CSR) menciptakan program Ngopi Doeloe.

“Awalnya 2018 lalu rekan-rekan dari PGE suka ngopi di tempat saya. Kita ngobrol banyak, lalu kita dibantu dalam edukasi petani dan masyarakat Ulubelu dalam meningkatkan kualitas kopi dari sini,” cerita Kukuh.

Program Ngopi Doeloe ini merupakan inisiasi dari PGE dengan pemerintah setempat yang berfokus pada pengelolaan pascapanen benih kopi dengan tujuan untuk menciptakan kemandirian petani kopi di Ulubelu dalam mengolah hasil panen sehingga berdampak pada harga jual kopi olahan yang lebih tinggi.

Berdasarkan data Social Maping pada 2019, sebanyak 83,3 persen penduduk Ulubelu memiliki profesi sebagai petani kopi. Namun para petani kopi itu belum memiliki edukasi yang cukup mengenai pengolahan pascapanen sehingga menyebabkan mereka harus menjual benih kopi dengan harga yang lebih murah.

Program Ngopi Doeloe membantu para petani mulai dari pembibitan, perawatan, panen, sortasi biji, penjemuran, sangrai/roasting, giling, pengemasan sampai dengan pemasaran dan pengolahan varian produk.

Selain itu, dari segi edukasi untuk para petani, PGE membentuk Rumah Belajar Kopi sebagai sarana bagi para petani untuk pengembangan pengetahuan kelompok petani dan masyarakat. Sedangkan, dari segi inovasi sejauh ini telah menghadirkan tiga inovasi yang membantu para petani untuk mengolah benih kopi seperti inovasi pengering kopi memanfaatkan panas dari brine, inovasi roasting hemat biaya, dan inovasi sortasi.

“Melalui program Ngopi Doeloe ini PGE bersama pemerintah setempat berkolaborasi melalui pengadaan alat produksi pascapanen, Rumah Belajar Kopi, pelatihan pascapanen, inovasi mesin roasting, pembangunan mini-lab, mini coffee shop dan galeri penelitian kopi,” tambah Corporate Secretary PT PGE, Muhammad Baron.

Baron berharap, melalui program ini bisa membantu mewujudkan kemandirian petani, meningkatkan taraf perekonomian daerah serta ke depan Ulubelu dapat menjadi sentra produksi kopi robusta.

“PGE selalu berkomitmen untuk dapat maju bersama masyarakat dan menciptakan multiplier effect bagi masyarakat sekitar area operasi. Hal ini selaras dengan poin 8 Tujuan Pembangunan Berkelanjutan atau Sustainable Development Goals (SDG’s), yaitu pekerjaan layak dan pertumbuhan ekonomi,” ungkapnya.

Kerja keras Kukuh bersama PGE, berbuah manis. Program Ngopi Doeloe berhasil meraih penghargaan pada kategori SDG’s 8.3.1 pada sektor pemberdayaan usaha/lembaga ekonomi masyarakat dalam ajang Indonesia Sustainable Development Goals Award (ISDA-2021) yang telah mendapatkan apresiasi, penghargaan serta dukungan dari pemerintah.

Dukungan yang dilakukan PGE terhadap Kukuh merupakan bagian dari tanggung jawab perusahaan dalam hal Environment, Social, and Governance (ESG). Seperti diketahui, ESG menjadi faktor utama untuk mengukur tingkat keberlanjutan dan dampak sosial dari investasi yang sudah dilakukan perusahaan. Tidak hanya itu, penerapan ESG, khususnya dari sisi environmental (lingkungan), sebagai wujud dari sebuah perusahaan dalam mendukung implementasi green economy.

Berkat program ini, kopi Ulubelu kini telah merambah internasional. Terjauh, Kopi Beloe sudah diekspor ke Italia. Bahkan, kini kopi asli Lampung ini menjadi pemasok salah satu kedai di Singapura.

“Tidak hanya itu, para petani di sini juga sudah tahu cara mengolah kopi. Mulai dari cara memetik kopi, cara menjemur, menyimpan hingga menghasilkan produk kopi yang berkualitas,” terang Kukuh. (PUT)

Tulisan Terkait

Comments

Leave a reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *