Headline

RI Pacu Daya Saing dan Perluas Pasar Industri Furnitur

0

Kerjha ― Pemerintah terus mendukung industri furnitur Indonesia untuk meningkatkan daya saing dan produktivitasnya melalui berbagai kebijakan. Pada 2022, nilai ekspor furnitur dan kerajinan mencapai USD 2,8 miliar. Nilai ini diharapkan dapat meningkat pada tahun-tahun berikutnya dan menuju target USD 5 miliar di 2024.

Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto menyampaikan, industri furnitur Indonesia memiliki pesaing kuat seperti Tiongkok dan Vietnam, sehingga perlu terus meningkatkan daya saing dan produktivitasnya. “Sky is the limit untuk industri ini yang merupakan penghasil devisa (bagi Indonesia),” katanya, belum lama ini.

Menko Airlangga juga menyoroti tantangan yang masih dihadapi oleh industri furnitur, antara lain terkait ketersediaan bahan baku, inovasi desain produk, kreasi kesesuaian selera pasar, peningkatan kompetensi sumber daya manusia, serta pemanfaatan teknologi tepat guna terutama terkait kelestarian lingkungan.

“Untuk hambatan bahan baku, hal ini (masalah) klasik yang harus diselesaikan, karena itu dibutuhkan UMKM. Sudah dirapatkan dengan Presiden bahwa SVLK ditanggung pemerintah, terutama untuk UMKM, dan anggarannya di KLHK. SVLK boleh saja (diterapkan), tapi jangan sampai membebani pengusaha,” paparnya.

Sementara itu, untuk mencapai target ekspor USD 5 miliar, Menteri Perindustrian (Menperin) Agus Gumiwang Kartasasmita menyampaikan kebijakan dukungan Kementerian Perindustrian (Kemenperin), di antaranya jaminan pasokan bahan baku dan bahan penolong, peningkatan kemampuan teknologi dan kapasitas SDM, insentif perpajakan, pengembangan desain, serta fasilitasi keikutsertaan dalam pameran.

Menghadapi tantangan dan kendala pada industri furnitur, subsektor tersebut harus memanfaatkan momentum pasar dalam negeri yang ekspansif sebagai peluang penguasaan pasar dalam negeri. “Hal ini juga untuk mengurangi ketergantungan akan produk impor yang mencapai USD 495,7 juta di 2022,” ujar Menperin Agus di Jakarta, Sabtu (11/3).

Agus mengungkapkan, Kemenperin memiliki dua strategi dalam upaya meningkatkan daya saing industri furnitur di kancah internasional. Pertama, upaya pengalihan pasar ekspor terdampak resesi ke pasar domestik. Strategi ini dapat dilakukan secara efektif mengingat konsumen furnitur dalam negeri, terutama kelas menengah, terus bertambah seiring membaiknya industri properti dan bisnis hospitality. Hal ini juga didukung dengan konsumsi belanja pemerintah melalui pemanfaatan produk dengan Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN) sesuai dengan Program Peningkatan Penggunaan Produk Dalam Negeri (P3DN). Ini memberikan kesempatan bagi pelaku industri furnitur dalam meningkatkan penguasaan pasar dalam negeri.

Strategi selanjutnya adalah perluasan tujuan ekspor ke pasar nontradisional. Menurut Menperin, di saat pasar tujuan ekspor tradisional saat ini masih terganggu akibat resesi, pasar nontradisional sangat potensial untuk dikelola, misalnya India dan kawasan Timur Tengah yang pertumbuhan sektor propertinya masih relatif stabil.

Selain itu, untuk mendukung penyediaan tenaga kerja terampil, Kemenperin mencetak sumber daya manusia (SDM) terbaik di industri furnitur melalui pendirian Politeknik Furnitur dan Pengolahan Kayu di Kendal, Jawa Tengah. Sedangkan di lini teknologi, Kemenperin telah dan sedang melaksanakan program restrukturisasi mesin/peralatan industri pengolahan kayu, salah satunya untuk industri furnitur kayu. Output dari program ini adalah terfasilitasinya perusahaan dalam mendapatkan potongan harga berupa penggantian (reimburse) sebagian dari harga pembelian mesin dan/atau peralatan.

Pada 2023, Kemenperin kembali mengadakan program tersebut untuk semakin meningkatkan produktivitas dan daya saing industri furnitur. (EDA)

Tulisan Terkait

Comments

Leave a reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *