Headline

Sarang Burung Walet Indonesia Diserap 23 Negara

0

Kerjha — Tren ekspor komoditas sarang burung walet (SBW) Indonesia terus menunjukkan peningkatan selama kurun waktu lima tahun terakhir. Pada tahun lalu, setidaknya terdapat 23 negara yang menyerap sarang burung walet asal Indonesia.

Tren positif itu pun menjadikan komoditas asal sub sektor peternakan tersebut sebagai ikon baru ekspor asal pertanian.

Dari data yang dirilis BPS, tercatat
ekspor pertanian pada Januari 2021 tumbuh 13,91 persen (YoY) dan kinerja ekspor komoditas sarang burung walet bersama komoditas aromatik, rempah dan hasil hutan menjadi penyumbang terbesarnya.

“Sebagai pengekspor SBW terbesar di dunia, para pelaku usaha Indonesia banyak menyasar pasar Tiongkok karena harga jual yang lebih tinggi dibandingkan negara tujuan lain,” kata Kepala Badan Karantina Pertanian, Ali Jamil, Senin (22/2).

Menurut Jamil, tahun lalu dari 1,1 ribu ton ekspor SBW, 23 persen atau 262 ton berhasil masuk Tiongkok, sisanya 77 persen masuk 22 negara lain seperti Australia, Hongkong hingga Amerika Serikat.

Diungkapkan Boedi Mranata, Ketua Perkumpulan Pengusaha Sarang Burung Indonesia (PPSBI), proses menembus pasar Tiongkok membutuhkan waktu yang lama dan panjang. “Diperlukan kesungguhan dan kepatutan yang tinggi untuk dapat memenuhi standarnya. Selain kandungan nitrit, diperlukan juga hygiene sanitasi sesuai standar keamanan pangan internasional ” katanya.

Otoritas Tiongkok (The General Administration of Customs of the People’s Republic of China, GACC) juga mempersyaratkan ketertelusuran (tracebility). “Mereka menggunakan teknologi barcode, jadi tidak bisa main-main,” tambah Boedi.

Selain itu, Boedi menyatakan saat ini peran Barantan untuk ekspor sarang walet baik ke Tiongkok maupun non Tiongkok sudah berjalan sangat lancar sehingga tidak diperlukan lagi aturan-aturan baru yang bisa menghambat ekspor.

Secara teknis, Kepala Pusat Karantina Hewan dan Keamanan Hayati Hewani Barantan Agus Sunanto menyebutkan, pihaknya mendukung pelaku usaha yang memiliki minat dan kemampuan untuk memasuki pasar Tiongkok

“Dalam situasi pandemi pihak GACC belum dapat melakukan audit langsung ke Indonesia. Mereka meminta otoritas Indonesia, dalam hal ini Barantan, untuk memverifikasinya,” tutur Agus.

Saat ini terdapat 23 eksportir yang telah diregistrasi oleh Tiongkok dan 13 eksportir baru yang masih dalam proses audit. Prosesnya dilakukan oleh GACC
sejak 2019, namun terhenti akibat pandemi di 2020.

Selanjutnya, pihak Tiongkok meminta Barantan untuk melanjutkan proses auditnya. Termasuk pengisian tambahan kuesioner dan pembuatan video rumah walet dan tempat pemrosesan dengan bahasa Mandarin.

“Semua proses kami lakukan secara virtual. Tidak ada pembatasan atau kuota ekspor untuk pasar Tiongkok, yang ada adalah kesesuaian jumlah produksi dengan kapasitas produksi,” jelas Agus.

Dukungan berbagai pihak termasuk pemerintah daerah, pelaku usaha dan instansi lainnya sangat penting agar SBW Indonesia dapat berada di ekosistem yang baik.

“Kami berharap dalam waktu dekat makin banyak pelaku usaha SBW yang dapat menembus pasar Tiongkok dan pasar lain. Kita pacu agar terus berkontribusi pada peningkatan ekspor di sektor pertanian,” terang Ali Jamil. (MET)

Tulisan Terkait

Comments

Leave a reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *