Headline

Sopir Kontainer Keluhkan Aksi Premanisme dan Pungli, Jokowi Telepon Kapolri

0

Kerjha ― Belasan sopir kontainer tampak duduk rapi di antara kontainer yang bertumpuk di perbatasan Dermaga Jakarta International Container Terminal (JICT) dan Terminal Peti Kemas Koja, Kamis, (10/6). Para sopir itu menanti kedatangan Presiden Joko Widodo (Jokowi) yang hendak berdialog dengan mereka.

“Saya senang bisa bertemu dengan bapak-bapak semuanya. Saya mendapatkan keluhan yang saya lihat dari media sosial, terutama driver banyak yang mengeluh karena urusan bongkar muat,” ucap Jokowi membuka dialog.

Jokowi memang sengaja menyempatkan diri bertemu para sopir kontainer untuk mendengar langsung keluhan yang mereka alami, terutama soal pungutan liar (pungli). Ditegaskan Jokowi, seharusnya para sopir kontainer merasa nyaman saat bekerja, terutama di tengah situasi sulit akibat pandemi Covid-19.

“Driver mestinya merasa nyaman semuanya. Jangan sampai ada yang mengeluh karena banyaknya pungutan. Itu yang mau saya kejar, kalau ada. Silakan,” ungkapnya.

Agung Kurniawan, seorang sopir kontainer lantas mengacungkan tangan dan menyampaikan keluh kesahnya selama menjadi sopir kontainer. Pria kelahiran Ngawi, 38 tahun silam ini menjelaskan para sopir kontainer kerap menjadi sasaran tindak premanisme.

“Begitu keadaan macet, itu di depannya ada yang dinaiki mobil, naik ke atas mobil bawa celurit atau nodong begitu, itu enggak ada yang berani menolong, pak. Padahal di depan, belakang, samping, kanan kendaraan semua. Itu sangat memprihatinkan,” ujar Agung.

Takut membantu, karena preman-preman akan menyerang balik, maka biasanya orang lebih memilih menutup kaca.

Hal ini diamini oleh rekannya sesama sopir kontainer, Abdul Hakim. Dia bilang, kemacetan merupakan penyebab para preman bisa leluasa menjalankan aksinya.

“Kalau lancar, ini mungkin tidak ada, pak. Jadi kendala kita ini kemacetan. Jadi kami mohon kepada Bapak Presiden, bagaimana solusi ini ke depannya. Sakit hati sebenarnya, kalau dibilang sakit hati. Saya kira begitu. Tidak ada kenyamanan untuk kami, sopir-sopir yang mengemudi di Tanjung Priok,” keluhnya.

Selain soal premanisme, Abdul Hakim juga menceritakan soal banyaknya pungutan liar di sejumlah depo. Depo sendiri adalah tempat meletakkan kontainer yang sudah dipakai atau mengambil kontainer yang akan dipakai shipping line. Menurutnya, para karyawan depo sering meminta imbalan berupa uang tip agar laporannya bisa diproses segera.

“(Mereka) itu meminta imbalan, kalau enggak dikasih kadang diperlambat. Itu memang benar-benar, seperti Fortune, Dwipa, hampir semua depo rata-rata. Yang sekarang saya perhatikan itu yang agak-agak bersih cuma Depo Seacon dan Depo Puninar, agak bersih sedikit. Lainnya hampir rata-rata ada pungli, pak,” beber pria berusia 43 tahun tersebut.

Disebutkannya, uang tip itu bervariasi, mulai Rp 5.000, Rp 15 ribu, atau Rp 20 ribu. “Itu, kalau enggak dikasih, ya masih dikerjakan cuma diperlambat. Alasannya, yang sana dulu, yang ada duitnya. Jadi begitu kira-kira, pungli di dalam depo itu, pak,” ungkapnya.

Mendengar cerita para sopir kontainer, Jokowi lantas memanggil ajudannya, Kolonel Pnb. Abdul Haris. Rupanya, Jokowi memintanya menghubungi Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo melalui telepon.

“Pak Kapolri selamat pagi,” sapa Jokowi.

“Siap, selamat pagi Bapak Presiden,” jawab Kapolri di ujung telepon.

“Enggak, ini saya di Tanjung Priok, banyak keluhan dari para driver kontainer yang berkaitan dengan pungutan liar di Fortune, di NPCT 1, kemudian di Depo Dwipa. Pertama itu,” jelas Presiden.

“Siap,” jawab Kapolri.

“Yang kedua, juga kalau pas macet itu banyak driver yang dipalak preman-preman. Keluhan-keluhan ini tolong bisa diselesaikan. Itu saja Kapolri,” ujar Jokowi.

“Siap Bapak,” jawab Kapolri.

Jokowi mengatakan, dirinya sudah menangkap situasi yang ada dan apa yang diinginkan oleh para sopir kontainer. Presiden juga menegaskan dirinya akan terus mengikuti proses ini sehingga keluhan-keluhan yang disampaikan bisa diselesaikan.

“Perintahnya ke Kapolri biar semuanya jelas dan bisa diselesaikan di lapangan. Nanti akan saya ikuti proses ini. Kalau keluhan-keluhan seperti itu tidak diselesaikan, sudah pendapatannya sedikit, masih kena preman, masih kena pungli, itu yang saya baca di status-status di media sosial. Keluhan-keluhan seperti itu memang harus kita selesaikan dan diperhatikan,” tandasnya.

Sebelumnya, sebuah cuitan berisi video curhat seorang sopir kontainer sempat viral di Twitter. Dalam video yang diunggah ulang oleh akun @ferry_kdg di Twitter itu, sopir minta perhatian Presiden Jokowi untuk menertibkan tiga depo yaitu Fortune, Dwipa dan New Priok Container Terminal One (NCPT 1).

“Andai saja statusku dibaca oleh Pak Presiden, saya tidak minta apa-apa tidak minta uang, tidak minta mobil, tidak minta kekayaan ke Pak Presiden.
Cuma satu tolong bubarkan Depo Fortune, NPCT 1, sama Depo Dwipa,” demikian rintihan sopir dalam video tersebut.

Sopir tersebut juga merasa kemacetan parah di Tanjung Priok telah berdampak pada pendapatan dan nafkah yang ia berikan ke keluarga. Demikian juga dengan pungli yang kerap dilakukan oleh sejumlah depo kontainer.

“Tolong pak, saya mohon tolong dengan sangat hormat saya ke Pak Presiden, sakit pak dimarahin istri terus, pulang gak pernah bawa duit. Jalannya macet mulu, sama itu bertiga (depo), enggak G Fortune ya Dwipa, ya NPCT 1 pak. Sakit pak, setoran banyak, order banyak tapi gak muter, karena mandek jalannya pak. Saya mohon pakz tolong dengarkan keluhan driver Tanjung Priok pak,” ujar sopir dalam narasi video yang telah dicuit ulang sebanyak 4.165 kali dan disukai 8.846 kali itu. (PUT)

Tulisan Terkait

Comments

Leave a reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *