Oleh 
Kerjha ― Di tengah konsentrasi menghadapi pandemi Covid-19, Indonesia juga memiliki pekerjaan besar lain yang telah menanti, yakni mengantisipasi kebakaran hutan dan lahan (karhutla).
Terlebih lagi Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) telah melaporkan bahwa sebagian besar wilayah Indonesia akan mengalami puncak kemarau pada Agustus mendatang.
Kemarau yang sebentar lagi datang inilah, yang oleh Presiden Joko Widodo (Jokowi) benar-benar diminta untuk diantisipasi.
Untuk itulah, dalam rapat terbatas di Istana Merdeka, Jakarta, siang tadi, ia menegaskan dan mengingatkan kembali segenap jajarannya untuk tetap melakukan koordinasi dalam upaya pencegahan kebakaran hutan dan lahan. “Jangan sampai api membesar baru kita padamkan,” kata Jokowi, Selasa (23/6).
Selain itu, ia pun meminta aparat hukum untuk bersikap tegas, tanpa pandang bulu. Apalagi, sebagian besar karhutla terjadi karena ulah manusia, baik yang disengaja maupun karena kelalaian.
“Maka, penegakan hukum terhadap tindakan tersebut harus diterapkan secara tegas dan tanpa kompromi,” kata Jokowi.
Sebelumnya, pada kunjungan kerja ke Provinsi Riau, 20 Februari 2020 lalu, Jokowi telah melihat sendiri bagaimana teknologi sistem dasbor mampu menggambarkan situasi karhutla di wilayah tersebut secara terperinci.
Sistem tersebut menggunakan empat teknologi satelit sebagai alat pengindera untuk mendeteksi titik api, yaitu NOAA, Aqua, Terra, dan satelit dari Lapan.
Dikatakan Jokowi, apabila sistem dasbor serupa itu juga diterapkan untuk memantau wilayah-wilayah rentan terjadinya karhutla, maka penanganan kebakaran akan jauh lebih mudah dan efektif.
Sementara untuk melakukan pencegahan kebakaran di lahan gambut, Jokowi menginstruksikan kepada Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat, serta Badan Restorasi Gambut untuk bersiaga menjaga tinggi muka air pada lahan gambut.
Hal ini perlu dilakukan untuk mencegah terjadinya kekeringan dan kebakaran lahan. (NUR)
Comments