Headline

Ekonomi dan Keuangan Syariah Bertahan di Tengah Berbagai Tantangan

0

Kerjha — Sektor ekonomi dan keuangan syariah di Tanah Air terbukti mampu bertahan di tengah berbagai tantangan global. Sektor ini bahkan diproyeksikan akan terus mengalami peningkatan di masa mendatang.

Kendati diperkirakan akan melambat pada 2023, menurut data Bank Indonesia (2022), sektor unggulan ekonomi syariah domestik terus tumbuh membaik mencapai 5,5 persen (YoY) pada triwulan III-2022, lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 4,73 persen (YoY).

Wakil Presiden (Wapres) Ma’ruf Amin menilai sektor ekonomi dan keuangan syariah memiliki beberapa keunggulan dibandingkan ekonomi konvensional, sehingga dinilai mampu bertahan di tengah pengaruh pandemi Covid-19.

“Sebenarnya (ekonomi dan keuangan syariah) bukan tidak terpengaruh, hanya memang tidak serentan ekonomi konvensional. Sebenarnya ada hal-hal yang dimiliki oleh ekonomi dan keuangan syariah, yaitu pertama, mengedepankan prinsip keadilan,” ujarnya dalam program Economic Challenges Spesial Ramadan di 2023 Metro TV, Selasa (25/4) malam.

Ia mengungkapkan di dalam ekonomi syariah, beban ditanggung bersama jadi untung dan risiko dibagi bersama. Di dalam ekonomi dan keuangan syariah, ungkapnya, memungkinkan tidak ada kredit. Yang ada pembiayaan, yang nanti bebannya berbagi hasil dan risiko.

Lebih lanjut Wapres Amin juga menerangkan, keunggulan lain sektor ini tidak menggunakan prinsip spekulasi yang rentan akan ketidakpastian.

“Ekonomi syariah itu tidak ada spekulasi, tidak ada yang membuat bahaya atau merugikan orang lain. Tidak ada spekulasi, tidak ada riba, dan tidak ada beban yang tidak perlu sehingga ekonomi syariah itu bisa (bertahan),” tambahnya.

Dari sisi keterlibatan, menurutnya, ekonomi syariah mampu merangkul semua kalangan. Hal ini dikarenakan meskipun menggunakan prinsip yang diambil dari dasar ajaran Islam, ekonomi syariah itu diperuntukkan bagi semua orang.

“Ekonomi syariah juga ekonomi yang inklusif, artinya bukan hanya untuk orang Islam saja, ini bisa untuk semua orang. Oleh karena itu, tidak heran jika pelaku usaha ekonomi syariah juga tidak hanya orang Islam,” tuturnya.

Wapres juga menekankan faktor yang turut berperan dalam peningkatan sektor ekonomi dan keuangan syariah nasional adalah besarnya minat pasar global akan sektor ini. Tidak terkecuali di sejumlah negara yang bukan mayoritas muslim.

“Mulai bergeraknya minat global yang juga mulai menggandrungi ekonomi dan keuangan syariah, seperti di beberapa negara. Korea, misalnya, mereka juga menggerakkan farmasi yang halal, produk-produk halal, juga saya lihat di Taiwan dan Cina. Ini semua, seolah menjadi semacam tren global,” jelasnya.

Wapres Amin juga menjelaskan bahwa pengalaman di masa pandemi turut berpengaruh terhadap peluang ekonomi dan keuangan syariah di Indonesia, sehingga hal ini dapat dijadikan pembelajaran untuk terus mengembangkan sektor ini.

“Pelajaran itu diambil dari adaptasi terhadap digitalisasi dan perkembangan teknologi informasi, karena kedua hal tersebut memang menjadi kunci pelayanan kebutuhan masyarakat. Oleh karena itu, ekonomi dan keuangan syariah pun tidak bisa hanya bertahan dengan menggunakan atau mengembangkan adaptasi terhadap digitalisasi,” ungkapnya.

Tidak hanya itu, pandemi memberikan kesempatan bagi pemangku kepentingan untuk bekerja sama. Upaya ini patut dilakukan agar pemerintah dan pelaku ekonomi dapat tetap bertahan menghadapi berbagai tantangan.

“Karena adanya tantangan pandemi akhirnya ada rasa, wah ini perlu dibangun kolaborasi untuk bisa bertahan dan bisa baik, yaitu antara regulator, pelaku usaha, kemudian juga organisasi kemasyarakatan, bahkan seperti kalau di kita itu ada MES (Masyarakat Ekonomi Syariah), ada IAEI (Ikatan Ahli Ekonomi Islam), dan juga Dewan Syariah Nasional dari Majelis Ulama Indonesia,” tambahnya.

Tulisan Terkait

Comments

Leave a reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *