Headline

Ekspor Mebel dan Kerajinan Capai USD 1 Miliar pada Kuartal I-2022

0

Kerjha ― Kementerian Perindustrian (Kemenperin) mengungkapkan, produk mebel dan kerajinan Indonesia banyak diminati di pasar mancanegara. Hal ini bisa dilihat dari nilai ekspor mebel dan kerajinan yang pada kuartal I-2022 mencapai USD 1 miliar atau naik 15,87 persen jika dibandingkan nilai ekspor pada kuartal I-2021.

Himpunan Industri Mebel dan Kerajinan Indonesia (HIMKI), bahkan menargetkan nilai ekspor pada tahun ini bisa mencapai USD 3,93 miliar, dan akan naik menjadi USD 4,46 miliar pada tahun berikutnya.

Menurut HIMKI, penyerapan tenaga kerja di industri ini pun tergolong gede. Adanya relokasi industri mebel dan kerajinan dari Tiongkok, menurut HIMKI, akan turut mendorong penyerapan tenga kerja lokal. Terlebih, industri mebel dan kerajinan termasuk sektor padat karya.

Kemenperin mencatat, kebutuhan tenaga kerja di sektor industri furnitur mencapai 562 ribu orang pada 2020, dan akan meningkat menjadi 645 ribu orang di 2025.

Untuk mendukung pemenuhan kebutuhan industri terhadap ketersediaan sumber daya manusia (SDM) yang kompeten, Kemenperin pun turut menghadirkan pelaksanaan pelatihan dan pendidikan vokasi, termasuk menjalin kerja sama dengan sektor industri.

Kepala Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Industri (BPSDMI) Kemenperin, Arus Gunawan menegaskan, saat ini Kemenperin memiliki sejumlah lembaga vokasi yang membawahi berbagai sektor strategis.

“Kami telah memiliki sejumlah unit pendidikan vokasi yang meliputi 11 Politeknik, dua Akademi Komunitas, dan sembilan SMK. Selain itu, terdapat tujuh Balai Diklat Industri (BDI), yang semuanya di bawah naungan BPSDMI Kemenperin, dan tersebar di beberapa provinsi Indonesia,” sebutnya.

Arus mengemukakan, salah satu unit pendidikan vokasi Kemenperin yang berada di wilayah kawasan industri adalah Politeknik Industri Furnitur dan Pengolahan Kayu (Polifurneka). Kampus yang berdiri di atas lahan seluas 19.000 meter persegi itu berada di Kawasan Industri Kendal, Jawa Tengah.

“Pembangunan Polifurneka ini untuk menjawab kebutuhan industri furnitur dalam ketersediaan tenaga kerja yang kompeten. Apalagi, industri furnitur memerlukan suatu inovasi produk dan desain yang menarik sehingga bisa berdaya saing di pasar domestik hingga ekspor,” paparnya.

Oleh karena itu, ungkap Arus, Kemenperin telah menjalin kerja sama dengan perusahaan-perusahan furnitur agar para lulusan Polifurneka Kendal bisa langsung bekerja atau terserap di industri.

Polifurneka Kendal yang beroperasi sejak 2018 ini merupakan rintisan dari kerja sama pemerintah Indonesia dan Singapura. Kemitraan ini termasuk dalam upaya pembangunan Kawasan Industri Kendal. Selain itu, dalam penerapan model pendidikan di Polifurneka Kendal, Indonesia menggandeng SECO Swiss untuk mengimplementasikan model dual system berbasis kompetensi.

“Polifurneka Kendal menjadi satu-satunya politeknik bidang furnitur di Indonesia yang berstatus negeri. Para mahasiswanya berasal dari lulusan SMK/SMA, dan mendapatkan beasiswa penuh selama belajar di Polifurneka Kendal yang berada di kawasan industri yang strategis,” ungkap Arus.

Saat ini, Polifurneka Kendal memiliki tiga program studi tingkat Diploma 3 (D3) yang spesifik dan teknis di bidang furnitur, yakni Teknik Produksi Furnitur, Desain Furnitur, dan Manajemen Bisnis Industri Furnitur. “Kami optimistis, dengan adanya investasi yang masuk di industri furnitur, kami siap menyuplai SDM yang kompeten dan andal,” tururnya. (MET)

Tulisan Terkait

Comments

Leave a reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *