Headline

Erick Thohir: Merger Pelindo Cara Tepat Tekan Ongkos Logistik

0

Kerjha — Penggabungan PT Pelabuhan Indonesia (Persero) atau Pelindo pada 1 Oktober 2021 lalu, menjadi salah satu program transformasi Kementerian BUMN. Penggabungan atau merger BUMN kepelabuhanan itu juga menjadi langkah penting untuk meningkatkan efektivitas dan efisiensi kepelabuhanan nasional.

“Pada saat pertama saya memasuki Kementerian BUMN, agenda nyata yang pertama terpikirkan adalah mentransformasi BUMN agar mampu melampaui kriteria-kriteria korporatif yang baku. Tetapi transformasi harus dilakukan dengan cepat dan tepat, namun tetap dalam kerangka konstitusi,” ujar Menteri BUMN Erick Thohir dalam Orasi Ilmiah berjudul Eternitas Transformasi BUMN di Sidang Terbuka Senat Akademik Universitas Brawijaya pada Penganugerahan Gelar Doktor Kehormatan dalam Bidang Manajemen Strategi kepada Erick Thohir.

Secara khusus, Erick juga menyinggung merger Pelindo yang dilakukan untuk membantu menurunkan biaya logistik. “Merger perusahaan BUMN Pelabuhan yakni Pelindo 1-4, di mana penggabungan pelabuhan dapat menekan ongkos logistik transportasi laut dan terus mengintegrasikan pelabuhan Pelindo kedepannya dengan kawasan-kawasan industri di belakangnya,” ujar Erick Thohir.

Sejalan dengan hal tersebut, Pelindo secara berkelanjutan melakukan pengembangan fasilitas dan prasarana pelabuhan sebagai bentuk dukungan integrasi logistik. Salah satunya pengembangan Terminal Kijing di Kabupaten Mempawah, Kalimantan Barat, yang akan dilengkapi dengan fasilitas pendukung untuk menunjang kegiatan perindustrian dan logistik.

Terminal yang diresmikan pada Agustus 2022 lalu ini diharapkan menjadi sebuah kawasan logistik terintegrasi untuk meningkatkan efisiensi rantai pasok produk-produk Kalimantan Barat, seperti CPO dan Bauksit. Contoh lainnya, Pelindo juga melakukan pembangunan Jalan Tol Cibitung Cilincing (JTCC) yang direncankaan mulai beroperasi pada bulan April 2023 mendatang.

Pembangunan JTCC juga merupakan bagian dari upaya memperkuat konektivitas dengan hinterland yang juga akan mempercepat mobilitas logistik dari Kawasan industri timur Jakarta menuju Tanjung Priok dan sebaliknya.

Erick menambahkan, strategi eternitas transformasi BUMN harus mampu menjadikan BUMN sebagai pelaku bisnis berkelas dunia yang memiliki penguasaan, jangkauan bisnis, dan pengelolaan melampaui batas-batas negara.

“Holdingisasi yang saya lakukan adalah dengan mengintegrasikan rantai nilai dan rantai pasok perusahan-perusahaan BUMN, sehingga membentuk ekosistem yang kuat yang siap bersaing di tingkat global,” kata Erick.

Salah satu fokus utama Pelindo pascamerger adalah transformasi operasional melalui standarisasi dan sistemisasi pelabuhan yang ditunjang dengan peningkatan kapabilitas SDM serta transformasi proses bisnis.

Hasil transformasi ini mulai terlihat setelah satu tahun merger berjalan, yakni dengan adanya peningkatan kinerja dan produktivitas di sejumlah pelabuhan. Peningkatan produktivitas bongkar muat diukur dengan parameter boks per kapal per jam (BSH) dan pengurangan port stay atau waktu sandar kapal di pelabuhan yang diukur dengan jumlah hari.

“Makin pendeknya waktu sandar dan waktu bongkar muat membuat biaya operasional makin efisien, dan diharapkan trafik kapal dapat meningkat. Bagi pelanggan, baik shipping line maupun cargo owner, dapat memetik manfaat berupa efisiensi biaya dan business opportunity yang lebih besar,” ujar Direktur Utama Pelindo Arif Suhartono.

Sebagai contoh di Terminal Peti Kemas (TPK) Belawan, jumlah bongkar muat naik lebih dari dua kali lipat dari 20 boks per kapal per jam hingga 45 boks per kapal per jam dalam kondisi optimal. Kecepatan bongkar muat itu membuat waktu sandar kapal dapat berkurang menjadi setengahnya, dari dua hari menjadi hanya satu hari.

Peningkatan kinerja juga terjadi di TPK Makassar dan Terminal Makassar New Port, di mana waktu sandar dapat berkurang dari dua menjadi satu hari. Peningkatan kinerja terbaik ada di Terminal Peti Kemas Pelabuhan Ambon, di mana kecepatan bongkar muat naik hampir tiga kali lipat, dari 12 boks per kapal per jam menjadi 35 boks. Dampaknya, jumlah waktu sandar kapal dapat terpangkas dari tiga hari menjadi dua bahkan satu hari.

Untuk mendukung gagasan tersebut, Pelindo telah menyusun roadmap 2021-2025, di mana pada 2023-2024 merupakan fase Business Expansion & Partnerships.

Dalam fase ini, terdapat beberapa program ekspansi bisnis seperti Strategic Partnership, kolaborasi dengan pelayaran domestik dan global untuk peningkatan konektivitas laut, serta pengembangan konektivitas dan ekosistem logistik melalui kerjasama dengan pelaku industri logistik darat.

“Menjalankan amanat Kementerian BUMN, Pelindo berupaya mewujudkan visi menjadi pemimpin ekosistem maritim terintegrasi dan berkelas dunia melalui beberapa rencana program kerja, termasuk rencana ekspansi regional, peningkatan pemanfaatan teknologi digital dalam bisnis kepelabuhanan, serta penguatan konektivitas dan ekosistem logistik melalui kerja sama dengan kawasan industri,” tutur Arif. (EDA)

Tulisan Terkait

Comments

Leave a reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *