Headline

Ini Amanat Bung Karno pada Pamancangan Tiang Pertama Sarinah

0

Kerjha ― Sebagai Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang bergerak di bidang ritel, Sarinah didirikan berdasarkan Akta Nomor 33, tanggal 17 Agustus 1962 dengan nama PT Department Store Indonesia.

Digagas Presiden Soekarno, pendirian Sarinah diharapkan mampu mewadahi aktivitas perdagangan produk dalam negeri serta mendorong pertumbuhan perekonomian Indonesia.

Sarinah, menurut Soekarno, juga harus bisa menjelma sebagai alat distribusi yang efektif bagi masyarakat Indonesia.

“Tidak ada satu masyarakat sosialis bisa berjalan tanpa alat distribusi yang efektif. Maka menurut anggapan saya, department store adalah satu alat distribusi untuk mendistribusikan barang-barang keperluan hidup kepada rakyat jelata,” kata Bung Karno pada pemancangan tiang pertama Gedung Sarinah di Jalan Thamrin, Jakarta pada 23 April 1963.

Dibangun di era Soekarno, Gedung Sarinah akhirnya diresmikan pada 15 Agustus 1966. Peresmian itu menandai lahirnya pusat perbelanjaan pertama sekaligus pelopor bisnis ritel modern di Indonesia.

Setelah 56 tahun berdiri, pemerintah melalui Kementerian BUMN merevitalisasi Sarinah. Memugar pusat perbelanjaan tertua di republik ini, Menteri BUMN Erick Thohir mengembalikan semangat pendirian Sarinah untuk kebangkitan produk lokal.

Erick menyebutkan, selama ini produk lokal acap kali dinilai sebelah mata oleh bangsa sendiri. Brand lokal, kata Erick, masih sering ditaruh di posisi nomor dua, padahal banyak yang punya standar dan kualitas dunia.

Dipugar sejak 2020 lalu, Sarinah kembali dibuka untuk umum, 21 Maret 2022 lalu. Hadir dengan wajah baru, Gedung Sarinah terlihat elegan dengan desain yang lebih modern. Pembukaan kembali Sarinah juga ditandai dengan dihadirkannya patung relief yang dibuat di era Soekarno.

Patung relief itu ditemukan kembali saat Gedung Sarinah, yang berpredikat sebagai cagar budaya, tengah dipugar dan direnovasi.

Deretan patung relief tersebut menampilkan sosok petani, pedagang, perempuan, nelayan, hingga penggembala. Merekalah yang oleh Bung Karno, disebut sebagai sosok kaum marhaen, rakyat jelata Indonesia yang gigih dalam berjuang.

Tak jauh dari relief tersebut, pengelola Sarinah juga turut menampilkan amanat Presiden Soekarno saat memancangkan tiang pertama Gedung Sarinah. Berikut adalah amanat lengkap tersebut:

Saudara-saudara,

Sebelum saya, insya Allah, memancangkan tiang yang pertama daripada department store “Sarinah” ini, saya diminta oleh pimpinan untuk memberi amanat sekadarnya.

Memang benar saya yang memerintahkan untuk mengadakan department store di Jakarta. Bahkan bukan saja di Jakarta, tetapi insya Allah, nanti juga di kota lain-lain. Apa sebab? Sebabnya ialah kita hendak menyusun satu masyarakat yang adil dan makmur, masyarakat sosialisme Indonesia, masyarakat rakyat jelata mengecapkan kehidupan materiil yang layak, masyarakat yang dalam bahasa dalang dinamakan subur kang sarwa tinandur, murah kang sarwa tinuku. Subur segala hal yang dibeli. Dan ini adalah cita-cita bangsa Indonesia sejak beratus-ratus tahun. Subur kang sarwa tinandur, murah kang sarwa tinuku.

Kita berjuang, kita mengadakan Republik Indonesia, kita membanting tulang, kita mati-matian untuk mengadakan satu masyarakat yang adil dan makmur, masyarakat sosialisme Indonesia, masyarakat yang sudah sering saya katakan tanpa exploitation de l’homme par l’homme.

Ekonomi di dalam sesuatu masyarakat sosialis tidak berjalan tanpa alat-alat distribusi. Tidak ada satu masyarakat sosialis bisa berjalan tanpa alat distribusi yang efektif. Maka menurut anggapan saya, department store adalah satu alat distribusi untuk mendistribusikan barang-barang keperluan hidup kepada rakyat jelata.

Department store adalah satu toko serba-ada, satu toko serba-guna, di mana rakyat jelata, terutama sekali wanita, rakyat jelata dapat membeli segala apa yang ia perlukan sehari-hari. Dan sebagaimana Saudara-saudara ketahui, seluruh hidupku ini aku dedikasikan kepada kepentingan rakyat jelata, terutama sekali kepada kepentingan wanita rakyat jelata. Itulah sebabnya pula saya memberi nama department store yang akan kita dirikan ini “Sarinah”.

Tentang hal nama “Sarinah” Saudara-saudara mengetahui dari kata mukadimah kitab yang telah saya tulis tentang persoalan wanita, bahwa nama “Sarinah” itu bagi saya adalah satu nama yang amat saya muliakan.

Tatkala saya masih kecil, Ibu almarhum memberikan pengasuh saya ini kepada seorang wanita rakyat jelata yang bernama Sarinah. Sarinah inilah yang mendidik aku. Almarhum dia itu sudah. Moga rahmat Allah SWT selalu dilimpahkan kepadanya. Sarinah ini yang mendidik aku, membantu Ibuku, membantu Bapakku untuk mendidik aku, mendidik cinta kepada rakyat jelata, mendidik mengerti bahwa segala sesuatu di negeri kita ini tergantung daripada rakyat jelata.

Saya merasa berterima kasih kepada Sarinah almarhum, bahwa saya kemudian menjadi manusia yang selalu berjuang untuk kepentingan rakyat jelata. Maka department store yang akan didirkan ini menurut anggapan saya adalah satu alat pula dari perjuangan kita untuk merealisasikan Amanat Penderitaan Rakyat. Merealisasikan satu masyarakat jang adil dan makmur, satu masyarakat sosialis, satu masyarakat tanpa exploitation de l’homme par l’homme.

Dan sebagai tadi kukatakan, masyarakat yang demikian itu tak mungkin tanpa distribusi aparat. Salah satu distribusi aparat ialah satu department store. Dan kecuali itu menurut anggapanku, menurut keyakinan dan menurut penyelidikanku di semua negara yang ada department store, satu department store adalah sati price stabilisator, prijs stabilisator.

Kalau kita bisa menjual satu bahan kebaya di department store dengan harga Rp 10, di luar orang tidak akan berani menjual bahan kebaya dengan Rp 20 satu bahan. Kalau kita di dalam department store bisa menjual satu peti alat apa pun dengan harga Rp 100, di luar orang tidak akan berani menjual barang itu dengan harga Rp 500 atau Rp 1.000. Department store adalah penjaga harga. Oleh karena itu maka saya perintahkan agar supaya di Jakarta segera didirikan satu department store, di lain-lain kota juga didirikan satu department store.

Janganlah ada satu orang manusia mengira bahwa department store adalah satu project luxe, tidak! Department store adalah satu alat sosialisme. Sebagaimana juga Saudara-saudara di dalam kita mencari uang untuk pembangunan mengaju-ajukan turisme, janganlah ada satu orang mengira bahwa jikalau kita mengajukan turisme, kita luxe-luxean, kita senang-senangan, tidak! Kita memajukan turisme untuk mendapat uang untuk pembangunan, pembangunan ke arah sosialisme Indonesia.

Maka demikian pula department store bukan sesuatu barang luxe, tetapi sesuatu barang vital untuk terselenggaranya sosialisme di Indonesia. Dan bukan di Indonesia saja, tiap-tiap negara sosialis di dunia ini mempunyai department store. Datanglah di Praha, datanglah di Moskow, datanglah di Warsawa, datanglah di Ulanbator, ada department store Saudara-saudara, sebagai distribusi aparat, sebagai prijs stabilisator.

Maka oleh karena itu saya merasa berbahagia bahwa saya ini hari diberi kesempatan oleh Allah SWT untuk memancangkan tiang yang pertama daripada department store “Sarinah”, department store yang pertama di Indonesia, department store “Sarinah” yang akan menjadi satu alat yang penting bagi terselenggaranya sosialisme Indonesia, sosialisme di mana rakyat Indonesia terutama sekali rakyat kecil Indonesia, terutama sekali mbok, mbok, mbakyu, mbakyu Sarinah Indonesia dapat memenuhi segala keinginannya dengan harga yang semurah-murahnya dan mendapat kualitas yang sebaik-baiknya. (ELA)

Tulisan Terkait

Comments

Leave a reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *