Headline

Jajal Mobil Berbahan Bakar D-100, Menperin: Suara Mesin Halus

0

Kerjha — Menteri Perindustrian (Menperin) Agus Gumiwang Kartasasmita mengapresiasi  bahan bakar Green Diesel 100 persen atau D-100, produksi Pertamina. Bagi kendaraan, bahan bakar ini dinilainya dapat menghasilkan performa mesin yang baik dan ramah lingkungan.

Hal ini dibuktikan Menteri Agus ketika menguji coba mobil jenis MPV yang mengonsumsi D-100 dari Refined, Bleached and Deodorized Palm Oil (RBDPO) tersebut.

Saat itu Agus dan Direktur Utama Pertamina, Nicke Widyawati menjajal ruas jalan Kota Dumai. Setiba di Bandara Pinang Kampai Dumai, rombongan menuju Kilang Minyak Pertamina RU II Dumai.

“Ketika saya melakukan kunjungan kerja ke DHDT Refinery Unit (RU) II milik Pertamina di Dumai, saya bersama bu Dirut menaiki mobil yang sudah diuji dengan bahan bakar D-100, dan hasilnya suara mesin halus. Ini sekaligus sosialisasi hasil uji coba pengolahan RBDPO 100 persen,” kata Agus melalui keterangan tertulis yang dikutip Minggu (19/7).

RBDPO adalah minyak kelapa sawit atau CPO yang telah diproses lebih lanjut sehingga hilang getah, impurities dan baunya. PT Pertamina telah mampu menghasilkan produk ini 1.000 barel per hari di fasilitas existing Kilang Dumai.

Keberhasilan pengembangan produk bahan bakar green diesel tersebut, sejalan dengan arahan Presiden Joko Widodo (Jokowi)

Implementasi program bahan bakar nabati (BBN), diminta Jokowi untuk dikembangkan dengan mengoptimalkan sumber daya alam yang berlimpah di Indonesia, khususnya kelapa sawit, sehingga akan meningkatkan kesejahteraan para petani.

“Saya ucapkan selamat kepada Pertamina, khususnya Kilang Dumai yang telah membuktikan bahwa kita mampu dan punya keberanian luar biasa. Dengan proses yang dimulai sejak 2019, kita sama-sama bekerja keras untuk meningkatkan kemampuan anak negeri,” papar Agus.

Selain itu, ia juga mengapresiasi tim peneliti Institut Teknologi Bandung (ITB) di bawah pimpinan Soebagjo, yang bersama tim Pertamina melakukan rekayasa co-processing minyak sawit.

“Keberhasilan ini mewujudkan teknologi produksi Green Diesel secara stand alone, dengan Katalis Merah Putih made in Indonesia,” ujarnya.

Menurut Agus, inovasi tersebut menjadi momen tepat untuk menyampaikan pesan bahwa Indonesia akan mandiri dalam penyediaan energi nasional di tengah maraknya kampanye negatif terhadap minyak sawit Indonesia oleh Uni Eropa dan negara importir lainnya.

Di samping itu, penguasaan lisensi teknologi produksi katalis di dalam negeri juga akan menjadikan Indonesia sebagai basis produksi katalis dan mengurangi ketergantungan impor.

“Kami sangat mendukung rencana pembangunan pabrik katalis skala besar atau komersial. Apalagi, hampir seluruh produksi bahan kimia membutuhkan katalis sebagai jantung proses produksi, sehingga pasar katalis dalam negeri menjadi sangat potensial,” tandasnya.

Sejalan upaya tersebut, Kementerian Perindustrian akan memberikan dukungan berupa kemudahan perizinan industri, penyusunan rancangan SNI Katalis, hingga fasilitasi insentif perpajakan seperti tax holiday, tax allowance, dan super deduction tax. (NUR)

Tulisan Terkait

Comments

Leave a reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *