Headline

Kilang Cilacap Melaju Mantap dengan Produk Lengkap

0

Kerjha ― Dibangun menghadap Samudera Hindia, Kilang Cilacap menjadi kilang Pertamina yang paling strategis di kawasan Asia Tenggara, serta menjadi yang terbesar di Indonesia.

Sisi strategis Kilang Cilacap juga terlihat dari kontribusinya dalam mengurangi impor BBM senilai Rp 10 triliun per tahun, meningkatkan produk domestik bruto (PDB) sebesar 0,12 persen, menghasilkan produk ramah lingkungan dengan nilai oktan RON 92 dan standar Euro IV, serta memiliki Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN) 41,52 persen―melampaui target 30 persen dari pemerintah.

Di samping memiliki kapasitas produksi yang mencapai 348 ribu barel per hari, Kilang Cilacap juga menyandang gelar sebagai kilang terbesar. Kilang ini memasok sepertiga (33,2 persen) kebutuhan BBM nasional dan 60 persen kebutuhan di Pulau Jawa.

Peta jalan kilang yang menempati lahan seluas lebih dari 200 hektare ini dimulai pada 1974, dengan pembangunan kilang minyak I yang kemudian disebut Fuel Oil Complex (FOC) I yang diresmikan Presiden Soeharto dua tahun kemudian. Kilang yang berlokasi di Jalan MT Haryono, Kabupaten Cilacap, Jawa Tengah tersebut memiliki fasilitas yang meliputi FOC I, Lube Oil Complex (LOC) I dan utilities. Selain itu, terdapat area 70 di kompleks Pantai Teluk Penyu seluas 50 hektare dan area perkantoran yang berjarak sekitar 500 meter dari area utama kilang.

Pada perkembangan selanjutnya, turut dibangun fasilitas Residual Residual Fluid Catalytic Cracking (RFCC) pada 2011, dan diresmikan pada 2015. RFCC merupakan unit kilang yang memanfaatkan teknologi katalis untuk mengonversi minyak berat atau residu, baik atmosferik maupun vacuum residue oil menjadi produk lebih bernilai, terutama gasoline dan beberapa produk lain seperti LPG dan propylene/propilena. RFCC inilah yang mampu mengkerek total kapasitas produksi sebesar 17,8 persen hingga mencapai 348 ribu barel per hari.

Tak berhenti di situ, kini di bawah koordinasi PT Kilang Pertamina Internasional (PT KPI) sebagai subholding Refining & Petrochemical Pertamina, Kilang Cilacap makin lengkap dengan hadirnya Kilang Langit Biru Cilacap (KLBC). KLBC yang baru diresmikan penggunaannya pada 10 Desember 2020 ini menghasilkan minyak hidrokarbon ringan (Mogas) 92 yang jamak dikenal dengan nama Pertamax yang ramah lingkungan, berkapasitas produksi 21.500 barel per hari atau setara 1,2 juta kiloliter per tahun.

Dengan fasilitas yang lengkap, tak heran apabila Kilang Cilacap mampu menghasilkan beragam produk. Sebanyak 92,2 persen produk kilang berupa bahan bakar minyak (BBM) dan bahan bakar khusus (BBK) yang telah akrab di telinga pengguna, seperti Premium, Pertamax, Solar, dan Avtur.

Corporate Secretary PT KPI, Ifki Sukarya menerangkan, Kilang Cilacap bahkan mencatat produksi Avtur tertinggi di Indonesia 18,44 juta barel per tahun. Sisanya, sebanyak 4,2 persen merupakan produk lube-based (berbasis pelumas) dan 3,6 persen berupa petrokimia.

Tahun ini kilang Cilacap juga mengembangkan produk Pertamax F1-10 khusus untuk mobil F1. “Hal itu dilatarbelakangi produk Pertamax Turbo yang telah diproduksi secara kontinyu dengan RON 98 dan kandungan sulfur maksimal 50 ppm,” ujarnya.

Ifki menambahkan, jajaran produk yang dihadirkan Kilang Cilacap tidak hanya BBM, tetapi juga non-BBM seperti base oil (bahan dasar pelumas), paraffinic oil (minyak pemroses akhir pada pembuatan karet), aspal, Industrial Fuel Oil (IFO) atau minyak bakar untuk industri, serta produk hasil ekstraksi yang diberi nama Minarex (Pertamina Extract). Minarex bermanfaat pada industri karet, seperti ban dan tinta cetak, karena dapat memperbaiki proses pelunakan dan pemekaran karet dan menurunkan kekentalan komponen karet.

Sebagai kilang Nusantara pertama dan satu-satunya yang tergolong dalam Lube Oil Group 1 (klasifikasi produsen base oil dari American Petroleum Institute (API) berdasarkan sifat senyawa penyusunnya), Kilang Cilacap menghasilkan produk non-BBM tersebut dari unit Lube Oil Complex (LOC) 1, LOC 2 dan LOC 3.

Untuk meneguhkan sisi strategisnya, Kilang Cilacap akan menjadi kilang Nusantara yang pertama dalam mengembangkan produk farmasi. Melalui proyek Petroleum to Pharmaceutical, bersinergi dengan PT Kimia Farma, kilang Cilacap akan memproduksi Paracetamol, obat yang banyak diminati karena ampuh meredakan demam dan nyeri. Paracetamol dihasilkan melalui proses pengolahan benzene/benzena dan propylene/propilena.

Ifki menyebutkan, produksi Paracetamol ini akan menambah nilai strategis Kilang Cilacap bagi Indonesia dengan mengurangi impor produk tersebut yang berdasarkan data BPS 2018, nilainya mencapai USD 24,9 juta. (MET)

Tulisan Terkait

Comments

Leave a reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *