Headline

Memaknai Peci Hitam Bung Karno

0

Kerjha ― Presiden pertama Indonesia, Soekarno memiliki ciri khas tersendiri saat tampil di depan publik. Dalam berpakaian, misalnya, Bung Karno kerap memakai setelan jas dengan tanda kepangkatan simbol militer, serta tak lupa mengenakan peci hitam.

Menurut dosen Ilmu Politik dan Ilmu Pemerintahan UGM Yogyakarta Abdul Gaffar Karim, peci hitam yang selalu dipakai Bung Karno memiliki filosofi tersendiri. Pemilihan peci itu, tak lain karena menjadi simbol rakyat kecil. Peci adalah tutup kepala yang sering dipakai rakyat, bukan oleh raja, petinggi atau bangsawan di kala itu.

“Bung Karno pernah menceritakan di dalam otobiografinya, ia memilih memakai peci hitam karena merupakan tutup kepala yang biasa dipakai oleh rakyat kecil,” kata Gaffar dalam diskusi Episode 8 Bung Karno Series yang digelar Badan Kebudayaan Nasional Pusat PDI Perjuangan, belum lama ini.

Selain itu, makna psikologis peci adalah simbol perlawanan kepada penjajahan kolonialis dan imperialis. Selain itu, ada pula makna sosiologisnya, yakni Bung Karno merupakan seorang pemimpin revolusi yang benar-benar merakyat serta tulus untuk perjuangan Indonesia. Ia menjadi simbol pemersatu rakyat melawan penjajah, serta menggambarkan tidak ada kesenjangan antara pemimpin revolusi dan rakyatnya.

“Itu merupakan simbol perlawanan kepada penjajahan, kepada imperialisme. Peci hitam merupakan simbol paling tepat menggambarkan saatnya rakyat berada di atas,” lanjut Gaffar dalam diskusi yang dipandu oleh Kirana Larasati itu.

Uniknya, Bung Karno juga sering terlihat memakai peci miring ke kiri dalam berbagai pertemuan atau di foto resmi. Menurut Gaffar, Bung Karno yang menyukai filosofi menggambarkannya sebagai simbol keberpihakan kepada rakyat melawan penjajahan. “Pecinya selalu sedikit miring ke kiri. Itu menggambarkan keberpihakan Bung Karno kepada rakyat,” tuturnya.

Selain peci, jas putih keabuan dan tongkat komando yang dikenakannya saat itu juga memiliki makna psikologis. Pilihan Bung Karno itu menunjukkan rasa percaya diri, optimistis, kebanggan, dan kehormatan sebagai bagian dari bangsa yang merdeka dan berdaulat.

Hal itu, lanjut Gaffar, merupakan kelebihan Bung Karno dalam membangun jiwa karismatiknya. Bung Karno membangunnya dari seni berpakaian. Hal ini penting dalam membangun karakter tokoh yang memiliki jiwa nasionalisme, santun dan karismatik.

Lewat cara berpakaian, Bung Karno menunjukkan jati dirinya, juga bangsa yang dicintainya. (MET/Foto: PDIP)

Tulisan Terkait

Comments

Leave a reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *