Headline

Menanti Vaksin Covid-19 Buatan Indonesia

0

Kerjha — Vaksin Covid-19 yang diinisiatori Badan Usaha Milik Negara (BUMN), dalam hal ini Bio Farma sebagai Induk Holding BUMN Farmasi, bekerja sama dengan perguruan tinggi di Tanah Air, telah memulai uji klinis fase 3.

Kepala BPOM RI, Penny K Lukito mengatakan, penantian vaskin Covid-19 buatan Indonesia ini makin terasa dekat setelah Bio Farma mendapatkan Persetujuan Pelaksanaan Uji Klinik (PPUK) untuk melakukan uji klinis fase 3.

Vaksin BUMN merupakan hasil kolaborasi global antara Bio Farma bersama Baylor College of Medicine, AS yang sudah terdaftar di tahap pengembangan kandidat vaksin WHO Covid-19 sejak Juni 2021 lalu. Vaksin BUMN menggunakan teknologi Subunit Protein Rekombinan, yang merupakan buatan Indonesia, dan akan digunakan sebagai vaksin primer, setelah mendapatkan Izin Penggunaan Darurat atau Emergency Use Authorization (EUA) dari Badan POM pada akhir Juli 2022.

Pelaksanaan uji klinis fase 3 ini, dilakukan setelah Bio Farma mendapatkan Persetujuan Pelaksanaan Uji Klinik (PPUK), yang telah ditandatangani oleh Kepala Badan POM RI Penny K Lukito, pada 6 Juni 2022. Selain dilaksanakan di Semarang, uji klinis fase 3 juga dilaksanakan di Jakarta bekerja sama dengan Fakultas Kedokteran (FK) Universitas Indonesia, di Padang bekerja sama dengan FK Universitas Andalas, dan di Makassar bekerja sama dengan FK Universitas Hasanuddin.

Penny K Lukito mengatakan, vaksin Covid-19 ini merupakan vaksin pertama yang dari hulu hingga hilir dikembangkan di Indonesia oleh Bio Farma.

“Hal ini merupakan langkah besar bagi kita menuju pada kemandirian obat dan vaksin, untuk memenuhi Inpres No. 6 Tahun 2016. Kami mengucapkan terima kasih kepada industri yang sudah mengikuti standar Badan POM karena kami ingin apa yang dkembangkan di Indonesia adalah produk-produk yang memang berdaya saing global, terlebih dengan kredibilitas Bio Farma yang sudah lebih dari 130 tahun, baik di tingkat internasional maupun regional,” ungkapnya.

Ia menegaskan, vaksin Covid-19 BUMN ini, merupakan vaksin pertama yang dikembangkan di Indonesia dari mulai bibit vaksinnya, dan dikembangkan di Bio Farma lagi menjadi vaksin yang memenuhi standar Good Manufacture Practices (GMP) untuk menjadi vaksin komersial.

Hal ini juga merupakan proses penguatan science di bidang pemgembangan vaksin dan peningkatan kapasitas industri farmasi di bidang vaksin di Indonesia.

Sementara itu Wakil Menteri Kesehatan, Dante Saksono mengatakan, salah satu modal untuk melakukan terobosan baru dalam penanganan Covid-19 adalah pembuatan vaksin.

“Kami menyambut baik uji klinis tahap 3 ini, dan semoga dapat selesai dengan sempurna sehingga nanti akan mendapatkan EUA dari Badan POM sehingga bisa digunakan. Saya berharap vaksin ini tidak akan berhenti pada penggunaan vaksin primer pada uji klinis, tetapi harus digunakan juga untuk vaksin booster,” ujar Dante.

Ia menambahkan, pentingnya pemberian support pada vaksin booster. “Kami mendukung dan mensupport Bio Farma, agar vaksin Covid-19 BUMN dapat digunakan untuk kegiatan vaksin booster, terutama di beberapa masa yang akan datang,” imbuhnya.

Direktur Utama Bio Farma, Honesti Basyir mengucapkan terima kasih atas dukungan semua pihak yang telah mendukung penelitian dan pengembangan vaksin BUMN ini, yang merupakan wujud dari kemandirian bangsa Indonesia pada masa pandemi Covid-19 ini.

Honesti menambahkan, uji klinis fase 3 ini merupakan milestone utama, terutama bagi industri kesehatan di Indonesia.

“Vaksin BUMN merupakan salah satu karya anak bangsa, karena mulai dari pengembangan working seed vaksin atau bibit vaksin, dilaksanakan di Indonesia dan dilakukan oleh ahli-ahli yang berasal dari Indonesia. Tentu saja kami berharap, uji klinis fase 3 ini dapat berjalan lancar sesuai rencana dan memberikan hasil optimal,” ungkap Honesti.

Ke depan, apabila uji klinis fase 3 ini lancar, Bio Farma akan mengajukan Izin Penggunaan Darurat atau Emergency Use Authorization (EUA) kepada Badan POM paling lambat pada akhir Juli 2022, dan akan didaftarkan untuk Emergency Use Listing (EUL) ke Badan Kesehatan Dunia, untuk keperluan ekspor vaksin Covid-19.

Sementara, Menteri BuMN Erick Thohir mendorong Bio Farma lebih kompetitif untuk melakukan transformasi menjadi industri kesehatan yang modern melalui kolaborasi. Hal ini penting untuk mengurangi ketergantungan bahan baku obat. Saat ini, ungkap Erick, Indonesia juga sedang mendorong agar herbal bisa menjadi salah satu alternatif untuk mengurangi ketergantungan bahan baku obat.

“Kita ingin bangsa Indonesia bisa berdaulat di bidang kesehatan. Covid-19 ini membuktikan bagaimana ketergantungan kita yang sangat memberatkan. Oleh karenanya kita harus berkolaborasi agar bisa berdaulat dalam bidang kesehatan sebagai bangsa,” terang Erick. (TUT)

Tulisan Terkait

Comments

Leave a reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *