Headline

Menggerakkan BUMDes sebagai Lokomotif Ekonomi Desa

0

Kerjha ― Pemerintah terus mendorong pengembangan ekonomi desa dan kawasan perdesaan melalui Badan Usaha Milik Desa (BUM Desa) atau BUM Desa Bersama.

Hal tersebut disebutkan Asisten Deputi Pemerataan Pembangunan Wilayah Kemenko Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan, Mustikorini Indrijatiningrum saat mengunjungi Balai Besar Pelatihan dan Pemberdayaan Masyarakat (BBPPM) Desa, Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi, Yogyakarta, Jumat (10/12) lalu.

“Kami mengharapkan BBPPM Yogyakarta mampu berperan aktif dalam meningkatkan SDM di desa melalui pelatihan dan pemberdayaan sehingga masyarakat dan pengurus BUM Desa/BUM Desa Bersama dapat mengelola potensi desa untuk penguatan ketahanan pangan dan peningkatan kesejahteraan masyarakat” ujar Indri.

BBPPM Yogyakarta memiliki lahan seluas 2,1 hektare yang dipergunakan untuk perkantoran, sarana prasarana pelatihan dan demontration plot atau demplot untuk pemanfaatan sumber daya ekonomi di desa. Demplot menyasar berbagai usaha ekonomi desa seperti pengembangan pertanian terpadu yang meliputi pertanian hidroponik, budidaya ikan, ternak sapi, ternak ayam, budidaya lebah, budidaya jamur, pengolahan kompos organik, dan biogas.

Demplot juga sejalan dengan konsep Integrated Farming System (IFS) yang dikembangkan dalam Sinergi Desa Ternak Terpadu Berkelanjutan yang dikoordinasikan Kemenko PMK dan Kemenko Perekonomian. Konsep ini menggabungkan kegiatan pertanian, peternakan, perikanan dan kegiatan lain dalam satu lahan.

Melalui Peraturan Presiden RI Nomor 104 tahun 2021 tentang Rincian Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Tahun Anggaran 2022, salah satu penggunaan Dana Desa yang ditentukan dalam Pasal 5 ayat (4) yaitu program ketahanan pangan dan hewani paling sedikit 20 persen.

Upaya ini juga untuk mengantisipasi ancaman ke depan. Menurut FAO selain menghadapi dampak pandemi Covid-19 dan perubahan iklim, ancaman juga membayangi ketahanan pangan.

“Pemerintah memandang perlu untuk menjamin ketahanan pangan dan penyediaan suplai protein hewani di desa, selain upaya pemulihan ekonomi, pengentasan kemiskinan dan pengurangan angka prevalensi stunting serta pemerataan pembangunan wilayah,” ujar Indri.

Indri juga mengunjungi BUM Desa Puri Mataram, salah satu BUM Desa maju di DIY. Hal yang menarik di BUM Desa Puri Mataram adalah terkait permodalan dan SDM. Modal BUM Desa tidak hanya dari penyertaan Dana Desa tetapi juga dari investasi masyarakat setempat, dengan melibatkan tenaga kerja dari warga desa.

Dengan luas tanah 4,5 hektare dari lahan desa, BUM Desa menjalankan usaha berupa wisata terpadu yang terdiri atas aktivitas pertanian, taman bunga, taman kelinci, domba, kuda, rusa, wisata air, resto, paket meeting hingga paket wedding yang sangat terjangkau. BUM Desa Puri Mataram ini dapat dijadikan contoh bagi BUM Desa lainnya sehingga potensi yang ada dapat memberikan manfaat bagi desa dan masyarakat. (HAS)

Tulisan Terkait

Comments

Leave a reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *