Headline

Mereka Memetik Manfaat dari Kebun Lansia PKH

0

Kerjha — Program Keluarga Harapan (PKH) ternyata juga memberikan dampak positif kepada keluarga penerima manfaat (KPM), khususnya kategori lanjut usia atau lansia. Melalui Kebun Lansia PKH, para orangtua itu, bisa mengurangi risiko pikun. Hal ini, misalnya, dirasakan KPM lansia di Desa Gondangrawe, Kecamatan Andong, Kabupaten Boyolali, Jawa Tengah.

Salah seorang KPM lansia dari Kecamatan Andong, Kabupaten Boyolali, Bejo (79) mengatakan, ia senang bukan kepalang bisa mengikuti aktivitas di Kebun Lansia. Lantaran aktivitas tersebut, Bejo dapat menjaga pikirannya tetap segar. “Ya senang, mengajak orang sehat dengan bekerja di kebun. Pikiran jadi segar dan mengurangi pikun,” ujar Bejo di Boyolali.

Selain itu, dengan adanya Kebun PKH Lansia juga bisa menjadi media interaksi sesama KPM seusia dirinya, “Ditambah ketemu teman-teman lansia lainnya, bisa berinteraksi, ya tambah senang,” katanya.

Dimulai pada akhir 2019, kebun berukuran 11 x 13 meter persegi yang ditanami berbagai jenis tanaman seperti cabai, kangkung, terong, jahe dan kencur itu, kini dapat dirasakan manfaatnya oleh para KPM lansia.

Menurut Bejo, Kebun Lansia PKH sekaligus bisa menambah penghasilan dan mengurangi pengeluaran bulanannya bersama istri. “Hasilnya bisa dikonsumsi sendiri, bisa dijual ke pasar atau dibeli KPM buat menambah pendapatan,” ungkapnya.

Menurut pendamping PKH Kabupaten Boyolali Danik Haryanti Ningrum Sapitri, pemberdayaan KPM lansia dampingannya itu bermula dari budidaya kebun yang dia rintis. Dari sana ia rutin memotivasi warga binaannya lewat Pertemuan Peningkatan Kualitas Keluarga (P2K2). Dalam pertemuan itu Danik kerap mengajarkan materi dalam berbagai modul tentang kesehatan dan pengelolaan keuangan. Termasuk bagaimana mengelola bantuan sosial (bansos) PKH yang diterima sehingga tidak habis begitu saja.

“Awalnya, saya kepikiran mengajak KPM lansia untuk aktif dan berdaya. Bagaimana kalau kita bikin kebun PKH yang diolah oleh lansia. Jadi, beraktivitas iya, mengatur keuangan juga iya,” katanya mengisahkan gagasan munculnya Kebun Lansia PKH.

Berangkat dari ide yang disetujui KPM binaannya itu, kemudian mereka bersepakat untuk iuran sebagai modal awal. “Jadi, para lansia menyisihkan sedikit (uang) dari bansos PKH. Disisihkan Rp 10 ribu per orang,” jelasnya.

Modal yang terkumpul, lanjutnya, lantas digunakan untuk keperluan membeli sejumlah jenis bibit tanaman, pupuk daun, dan pupuk buah.

Danik bilang, hasil dari kebun yang digarap oleh 20 KPM lansia secara bergilir itu, manfaatnya mulai dirasakan. “Kalau panen, hasilnya ada yang dijual ke pasar, ada yang dibeli KPM lainnya. Uangnya masuk kas (keuangan), nanti diputar buat modal lagi. Hasilnya mereka juga yang merasakan,” beber Danik.

Di masa pandemi dan musim hujan saat ini, kebun dikelola terjadwal. “Hanya sekali atau dua kali dalam seminggu, dengan komposisi tiga sampai empat orang saja,” ujar perempuan asal Sragen dengan daerah dampingan di Kabupaten Boyolali ini.

Harapannya sederhana, melalui Kebun Lansia PKH, ia ingin mengantarkan para KPM lansia untuk berdaya. “Harapan saya sebagai pendamping, saya ingin mengantarkan mereka untuk berdaya, bisa memanfaatkan bansos PKH untuk tabungan masa depan mereka,” tuturnya. (TUT)

Tulisan Terkait

Comments

Leave a reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *