Headline

Penghargaan bagi Tenaga Pemugar Candi Borobudur pada 1973-1983

0

Kerjha ― Dr. I Gusti Ngurah Anom merupakan salah seorang tenaga pemugar Candi Borobudur pada 1973-1983. Ia mengungkapkan rasa senang dan terima kasihnya atas perhatian pemerintah, usai menerima penghargaan dari Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek),.

“Tapi harus diingat bukan kami yang berjasa, kami hanya bertugas melakukan kewajiban sebagai anak bangsa, sehingga hasilnya dapat dilihat dunia,” ujarnya seperti dilansir laman Kemendikbudristek, Rabu (14/9),

Anom juga mengingatkan, jangan hanya candinya saja yang dikagumi, tetapi juga teknologi dan metode pemugaran Candi Borobudur harus bisa dikagumi oleh bangsa lain.

Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) memberikan apresiasi kepada para tokoh dan tenaga pemugar Candi Borobudur atas sumbangsihnya dengan wujud prasasti yang mencantumkan nama-nama tokoh dan pemugar Candi Borobudur. Prasasti ini ditandatangani langsung Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Mendikbudristek), Nadiem Anwar Makarim, Selasa (13/9).

Nadiem Anwar Makarim mengungkapkan, ia banyak mendengar banyak pujian dari delegasi negara-negara G20 melalui pengalaman mereka selama di Borobudur.

“Dan semua itu adalah kerja keras Bapak dan Ibu dalam memugar Candi Borobudur pada 1973-1983, sehingga kita dapat menyaksikan kemegahannya seperti sekarang. Prasasti ini sebagai catatan sejarah, agar dapat diingat serta menjadi penyemangat bagi generasi penerus untuk terus melestarikan warisan budaya leluhur kita,” ungkapnya saat penandatangan prasasti.

Pemugaran Candi Borobudur pertama kali dilakukan pada 1965, namun sempat terhenti. Kemudian pada 1973 menjadi titik terang bagi kelanjutan pemugaran Candi Borobudur. Dengan dukungan penggalangan dana oleh UNESCO dan negara-negara sahabat, pada 10 Agustus 1973, pemugaran kedua Candi Borobudur secara resmi dimulai, hingga akhirnya dinyatakan selesai pada 23 Februari 1983.

Semangat gotong royong global untuk pemulihan sektor kebudayaan ini jugalah yang didorong Kemendikbudristek dalam Pertemuan Tingkat Menteri bidang Kebudayaan (Culture Ministers’ Meeting/CMM).

Sejalan dengan pelaksanaan G20 Bidang Kebudayaan yang mengangkat tema Culture For Sustainable Living, Kebudayaan untuk Hidup Berkelanjutan, prasasti ini sebagai bentuk penghargaan terhadap jasa, dedikasi dan pengetahuan para pemugar Candi Borobudur untuk dapat menjadi inspirasi generasi berikutnya. Terdapat 698 nama tokoh dan tenaga pemugar Candi Borobudur terukir pada prasasti yang terbuat dari bahan batu andesit kombinasi marmer itu.

“Dengan diresmikan prasasti ini, semoga yang kita cita-citakan dari pelaksanaan G20 ini yakni sebagai jalan menuju kehidupan berkelanjutan, dapat terwujud demi Indonesia tangguh dengan ragam budayanya,” tutur Nadiem. (HAS)

Tulisan Terkait

Comments

Leave a reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *