Headline

Peningkatan PMI Manufaktur Dukung Pertumbuhan Ekonomi Nasional

0

Kerjha ― Produktivitas sektor industri manufaktur masih terus bergeliat, seiring dengan permintaan baru di pasar yang juga kian meningkat. Berdasarkan data Purchasing Managers’ Index (PMI) Manufaktur Indonesia pada April 2022 berada di level 51,9 atau naik dibanding Maret yang mencapai posisi 51,3.

Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita menyebutkan, bersama dengan penguatan kontribusi ekspor, peningkatan PMI manufaktur ini dapat mendukung solidnya kinerja pertumbuhan ekonomi nasional pada kuartal II-2022.

Menperin menjelaskan, merujuk laporan S&P Global, sektor industri manufaktur di Indonesia masih menujukkan ekspansi dengan laju lebih cepat pada April. Hal ini mengakselerasi perbaikan pada kondisi ekonomi sekaligus mendorong kenaikan jumlah tenaga kerja dan aktivitas pembelian.

“Jadi, hasil PMI ini mewakili perbaikan kondisi bisnis seluruh sektor manufaktur di Indonesia selama delapan bulan berturut-turut, dengan tingkat perbaikannya yang tercepat sejak Januari lalu,” terangnya, belum lama ini.

Bahkan, secara umum, para pelaku usaha industri manufaktur di Indonesia masih optimistis dengan laju ekspansi pada periode selanjutnya. Hal ini ditopang pula dengan penguatan konsumsi masyarakat serta permintaan ekspor, yang diharapkan tetap berada pada tren positif dalam beberapa waktu ke depan.

“Keberlanjutan pada peningkatkan kapasitas produksi di sektor industri manufaktur diharapkan dapat terus terjaga, karena didukung oleh penguatan permintaan pada Ramadan dan Hari Raya Idulfitri yang sejalan dengan kebijakan cuti bersama dan mudik Lebaran,” papar Agus.

Ia menambahkan, sesuai arahan Presiden Joko Widodo, belanja barang modal dan jasa harus diarahkan kepada produk dalam negeri. Potensi belanja barang dan modal serta jasa di pemerintah pusat sebesar Rp 526 triliun, sedangkan di pemerintah daerah Rp 535 triliun.

“Artinya, total lebih dari Rp 1.000 triliun. Sedangkan, anggaran di BUMN Rp 420 triliun. Semua angka itu sangat besar sekali, yang perlu dipacu untuk pembelian produk-produk dalam negeri sehingga industri kita dapat tumbuh dan berkembang. Jadi, jangan lagi, hilangkan atau kurangi sebanyak-banyaknya untuk pembelian produk impor,” paparnya.

Berikutnya, percepatan proses hilirisasi industri juga dilakukan di dalam negeri. Daerah-daerah yang memiliki sumber daya mineral, didorong agar mereka segera membangun smelter. “Selain itu, daerah-daerah yang memproduksi cokelat atau kopi misalnya, didorong agar meningkatkan nilai tambahnya melalui hilirisasi industri karena akan juga dapat membuka lapangan pekerjaan yang besar,” imbuhnya.

Menanggapi hasil survei PMI manufaktur Indonesia pada April, Economics Associate Director IHS Markit,
Jingyi Pan mengatakan, perbaikan kondisi perekonomian Indonesia terlihat dari kenaikan permintaan dan produksi di sektor manufaktur yang semakin kuat. “Selain itu, terjadi kenaikan aktivitas pembelian, dan yang terpenting adalah ekspansi solid pada jumlah tenaga kerja yang juga terus menunjukkan kepercayaan diri dari beberapa perusahaan dalam waktu dekat,” terangnya.

PMI manufaktur Indonesia pada April mampu melewati PMI manufaktur Tiongkok (46,0), Rusia (48,2), Malaysia (51,6), Taiwan (51,7), dan Vietnam (51,7).

Tulisan Terkait

Comments

Leave a reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *