Headline

Pertumbuhan Ekonomi 2022 Tetap Diproyeksikan 5,3 Persen

0

Kerjha ― Kondisi ekonomi Indonesia masih relatif resilien dan kuat, di tengah proyeksi pertumbuhan ekonomi dunia yang mengalami koreksi ke bawah. Proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia pun tetap diproyeksikan berada di 5,3 persen pada 2022, dan berada pada angka 5,0 persen di 2023.

Dari kinerja APBN hingga kuartal III-2022, pertumbuhan ekonomi Indonesia masih terlihat kuat. Hal itu didukung oleh neraca perdagangan, konsumsi rumah tangga, dan investasi sebagai penopang utama. Penerimaan negara juga masih tinggi dan ini memperlihatkan pemulihan ekonomi yang terus terjaga, kontribusi harga komoditas yang masih di level relatif tinggi serta dampak positif dari berbagai kebijakan pemerintah.

Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati memaparkan, penerimaan pajak hingga September 2022 mencapai Rp 1.310,5 triliun (88,3 persen dari target). Mayoritas jenis pajak juga menunjukkan kinerja yang baik, di mana beberapa di antaranya sudah hampir mendekati target 100 persen dari pagu.

“Di Perpres 98 Tahun 2022 kita sudah menaikkan targetnya, tapi mungkin akan tetap lebih tinggi lagi. Optimisme penerimaan pajak yang sangat tinggi ini menggambarkan harga komoditas masih bagus, pertumbuhan ekonomi Indonesia momentumnya menggeliat yang menimbulkan penerimaan pajak, dan juga implementasi dari Undang-Undang HPP kita yang cukup baik,” tutur Sri Mulyani.

Senada, Mohammad Faisal, Direktur Eksekutif Center of Reform on Economics (CORE) Indonesia juga mengatakan kemungkinan besar realisasi penerimaan negara akan jauh melampaui target, bahkan bisa mencapai 110 persen. Hal ini ditopang dari penerimaan pajak, baik dari domestik maupun perdagangan internasional di mana keduanya mengalami peningkatan yang cukup tajam. Selain itu, Faisal menyatakan manufaktur juga turut berkontribusi dalam peningkatan penerimaan negara.

“Dari data perdagangan ekspor impor kita, valuenya memang naik karena harga-harga tahun ini untuk komoditas andalan ekspor kita naiknya luar biasa. Bahkan batubara sampai sekarang masih sangat tinggi. Walaupun sebetulnya tidak hanya dari harga komoditas saja. Beberapa manufaktur juga meningkat ekspornya, terutama manufaktur yang didrive oleh investasi di industri hilir tambang. Salah satu manufaktur yang masih terus tinggi, terutama di ekspor logam dasar,” tambah Faisal.

Meski demikian, Sri Mulyani menyebutkan, jika pada September 2022 pertumbuhan penerimaan pajak hanya 28 persen. Angka ini terbilang cukup tinggi, namun jika dibandingkan dengan empat bulan terakhir levelnya tergolong rendah. Menurut dia, tren yang menurun ini juga patut untuk diwaspadai. Potensi risiko juga perlu diantisipasi dan dimitigasi untuk menjaga peran APBN 2022 yang waspada, antisipatif, dan responsif dalam menghadapi ancaman dan risiko global yang tidak pasti. (NUR)

Tulisan Terkait

Comments

Leave a reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *