Headline

Program Electrifying Agriculture Tingkatan Kualitas Pertanian Indonesia

0

Kerjha — Program Eletricfying Agriculture (EA) yang digagas PT PLN (Persero) mampu membuat petani Indonesia naik kelas. Hingga September 2023, sebanyak 230.555 pelanggan telah merasakan manfaat program ini.

Teknologi pertanian berbasis listrik dinilai mampu meningkatkan produktivitas dan meningkatkan pendapatan petani.

Direktur Utama PLN, Darmawan Prasodjo menjelaskan, program electrifying agriculture ini merupakan salah satu inovasi PLN dengan pemanfaatan energi listrik di bidang agrikultur seperti pertanian, perikanan, perkebunan serta peternakan yang bertujuan untuk meningkatkan produktivitas dan efisiensi operasional para petani.

“Melalui program ini PLN berupaya menciptakan Creating Shared Value (CSV) bagi masyarakat dan lingkungan sekitar lewat berbagai inovasi teknologi kelistrikan,” ujar Darmawan, dikutip Selasa (31/10).

Melalui program ini, lanjut dia, PLN berharap kualitas dan kuantitas produktivitas para petani dapat meningkat, maju dan modern.

Tercatat, total daya tersambung pelanggan dalam program ini mencapai 3.561,31 Megavolt Ampere (MVA). Pemanfaatan EA ini tumbuh 14,24 persen dibandingkan September 2022.

Pada September lalu, setidaknya terdapat 27.866 pelanggan baru yang beralih ke alat pertanian berbasis listrik.

Tak hanya bermanfaat bagi PLN dalam peningkatan konsumsi listrik, program ini juga terbukti mampu meningkatkan produksi petani dan membuat kinerja semakin efisien.

Hal tersebut dirasakan Kelompok Tani (Poktan) Bawang Merah Ngudi Makmur, Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta.

Ilyas Suprapta, salah seorang anggota poktan mengaku berhasil melakukan efisiensi biaya operasional hingga 90 persen sejak beralih menggunakan listrik untuk mengairi sawahnya dari 2022.

“Setelah beralih ke energi listrik setahun lalu, efisiensi biaya untuk penyiraman daei kelompok tani kami jadi sangat tinggi,” ujar Ilyas.

Kehadiran program ini berhasil membuat Kelompok Tani Ngudi Makmur yang di dalamnya terdapat 801 petani mampu menghemat hingga 90 persen untuk biaya penyiraman setiap musimnya.

“Dengan biaya yang murah, kini ketersediaan air kami cukup memadai untuk bertanam bawang, sehingga sangat berdampak kepada produktivitas hasil panen kami,” tutur Ilyas. (*)

Tulisan Terkait

Comments

Leave a reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *