Headline

RI Optimistis Jadi Pemain Kunci Kendaraan Listrik

0

Kerjha — Industri otomotif di Tanah Air akan menjadi pemain penting dalam rantai pasok dunia (global supply chain), termasuk upaya memproduksi mobil listrik. Apalagi, Indonesia memiliki sumber daya mineral yang sangat besar untuk mendukung pengembangan ekosistem kendaraan listrik.

“Kami optimistis Indonesia bisa menjadi produsen kendaraan dengan emisi karbon rendah dan ramah lingkungan yang berdaya saing global. Untuk itu, perlu langkah akselerasi membangun ekosistemnya yang kuat dan terintegrasi,” kata Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita di Jakarta, Kamis (17/3).

Menperin Agus mengemukakan, pemerintah semakin serius mengembangkan ekosistem industri kendaraan listrik dari hulu sampai hilir. Salah satu caranya adalah melalui peningkatan investasi untuk memperkuat struktur manufaktur di dalam negeri.

“Sudah banyak investor yang mengajukan proposal ingin berkontribusi dalam pengembangan ekosistem kendaraan listrik di Indonesia. Misalnya ada industri yang ingin memproduksi baterainya, termasuk dari sektor otomotif,” ungkapnya.

Selain itu, pemerintah juga fokus untuk menjalankan kebijakan hilirisasi. Hal ini guna meningkatkan nilai tambah sumber daya mineral di Indonesia yang bertujuan untuk kesejahteraan masyarakat. Selama ini hilirisasi sektor industri telah memberikan dampak yang luas bagi perekonomian nasional, antara lain tambahnya penerimaan devisa dan penyerapan tenaga kerja.

“Seperti yang disampaikan oleh Bapak Presiden, kita punya nikel dan kobalt yang merupakan material penting untuk baterai litium. Selain itu, bauksit yang bisa diolah menjadi aluminium dan kemudian dapat dimanfaatkan untuk kerangka mobil listrik, serta tembaga yang dibutuhkan untuk baterai dan sistem kabel-kabel di mobil listrik. Potensi-potensi ini yang perlu kita optimalkan ke depannya,” papar Agus.

Pada 2022 ini akan menjadi momen penting untuk pengembangan baterai litium untuk kendaraan listrik. Sebab, beberapa investor di Indonesia akan memulai konstruksi pembangunan pabriknya untuk mengolah nikel dan kobalt menjadi bahan baku baterai litium.

“Pemerintah menargetkan pada 2024 nanti mobil-mobil listrik yang diproduksi di Indonesia sudah menggunakan baterai listrik dan komponen-komponen penting lainnya yang diproduksi di negara kita,” tambahnya.

Pada peta jalan industri otomotif nasional, ditargetkan sebanyak 20 persen kendaraan berbasis baterai listrik akan seliweran pada 2025. Hal ini seiring dengan upaya industri otomotif yang terus melakukan efisiensi untuk jenis teknologi internal combustion engine (ICE), hybrid, dan plug-in hybrid. “Ke depan, teknologi fuel cell berbasis hydrogen juga telah terdapat dalam peta jalan industri otomotif nasional, dengan semangat untuk menuju produksi industri kendaraan ramah lingkungan,” tutur Agus.

Lebih lanjut, dalam pengembangan ekosistem industri kendaraan listrik, industri otomotif dalam negeri ditargetkan dapat memproduksi mobil listrik dan bis listrik sebanyak 600 ribu unit pada 2030. Dengan angka tersebut akan dapat mengurangi konsumsi BBM sebesar 3 juta barrel dan menurunkan emisi CO2 sebanyak 1,4 juta ton.

“Upaya strategis ini diharapkan pula dapat mendukung pemenuhan komitmen pemerintah Indonesia terkait pengurangan emisi gas rumah kaca (GRK) sebesar 29 persen pada 2030, dan pada 2060 masuk ke emisi nol atau net zero carbon,” imbuhnya.

Kementerian Perindustrian juga memberikan apresiasi kepada PT Hyundai Motor Manufacturing Indonesia yang telah merealisasikan komitmennya dalam memproduksi kendaraan listrik. Hal ini ditandai dengan peluncuran mobil listrik IONIQ 5, yang diresmikan langsung oleh Presiden Joko Widodo.

Hyundai IONIQ 5 menjadi mobil listrik pertama yang dibuat di Indonesia, untuk memenuhi pasar domestik dan ekspor. “Pemerintah berharap kehadiran mobil listrik Hyundai IONIQ 5 akan menjadi milestone penting dalam pengembangan mobil listrik di Tanah Air, serta mendukung pembangunan ekosistem kendaraan listrik di Indonesia yang semakin canggih dan berdaya saing global,” tandas Menperin.

Pemerintah juga akan terus mendorong peningkatan komponen lokal untuk kendaraan listrik dengan memberikan insentif dan memangkas berbagai hambatan regulasi. Tujuannya agar industri hulu dari kendaraan listrik bisa tumbuh, sehingga mampu menciptakan lapangan kerja dan mensubstitusi impor. (HAS)

Tulisan Terkait

Comments

Leave a reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *