Berita

Digitalisasi Kunci Adaptasi Industri Makanan dan Minuman

0

Kerjha — Direktur Jenderal Industri Agro Kementerian Perindustrian (Kemenperin), Putu Juli Ardika mengungkapkan, saat ini konsumen tidak hanya menginginkan produk industri makanan dan minuman (mamin) yang sehat, tetapi juga menaruh perhatian pada keberlanjutan maupun tranparansi dari suatu produk.

Karena itu diperlukan transformasi manufaktur melalui penerapan industri 4.0 untuk mengakomodasi perubahan perilaku konsumen.

Dengan transformasi digital, perusahaan industri pun akan mampu memprediksi perilaku konsumen, sehingga mendukung daya saing produk-produk yang dihasilkan.

“Sustainability, transparency, dan convenience merupakan tantangan yang saat ini dihadapi oleh industri mamin, selain kepatuhan terhadap standar yang berlaku, seperti SNI, Sertifikat Halal, maupun standar lainnya yang ditetapkan oleh BPOM,” ungkapnya dalam keterangan resmi yang diterima Minggu (26/2).

Menurut Putu, industri mamin dapat memenuhi kriteria sustainability melalui penggunaan kemasan yang ramah lingkungan dan sumber bahan baku yang berkelanjutan. Bentuk lain dari upaya ini adalah dengan pendirian industri daur ulang kemasan oleh produsen mamin. Putu mengatakan, hal ini merupakan inisiatif yang patut diapresiasi.

Selanjutnya, transparansi perlu terus ditingkatkan oleh para pelaku industri, misalnya mengenai bahan baku, takaran, maupun proses produksi. Transparansi dapat diwujudkan melalui penyampaian informasi tersebut secara detail. Hal ini bisa didukung oleh platform digital.

“Sedangkan untuk kenyamanan atau convenience bagi konsumen, produsen mamin dapat memberikan berbagai pilihan dalam mendapatkan produk-produk sesuai keinginan, seperti pilihan on-the-go, pengemasan sekali pakai, pilihan pemesanan dan pengiriman online,” jelas Putu.

Tren lain yang perlu diikuti oleh industri mamin adalah kebutuhan konsumen akan personalisasi produk. Konsumen kini menginginkan produk yang bisa dikustomisasi, unik, dan cocok dengan kepribadian masing-masing. Dalam hal ini, penerapan teknologi digital memungkinkan produsen untuk memprediksi perilaku konsumen. Hal ini dilakukan dengan mengumpulkan dan menganalisis sejumlah besar data dari berbagai sumber, seperti pembelian online, media sosial, dan mesin pencari.

“Alat analitik canggih dan mesin algoritma yang mempelajari perilaku dapat digunakan untuk mengidentifikasi pola dan tren dalam data ini, sehingga memberikan wawasan berharga tentang preferensi konsumen dan kebiasaan belanja,” Putu menerangkan.

Salah satu contoh yang relevan adalah bagaimana data dari pembelian makanan dan minuman secara online, baik dari layanan pesan antar melalui aplikasi transportasi daring, lokapasar (online marketplace), dan media sosial dapat dikumpulkan menjadi big data dan dianalisis lebih lanjut sehingga dapat memprediksi perilaku konsumen dan mengidentifikasi tren konsumen.

Namun begitu, perusahaan industri mamin juga masih mengalami kendala dalam menghasilkan produk personal. Salah satunya seperti disampaikan Head of Manufacturing PT Greenfields Indonesia, Darmanto Setyawan. Ia menyatakan, personalisasi produk menjadi tantangan sendiri bagi produsen.

Apabila perusahaan tersebut menyediakan produk-produk yang melayani berbagai kelompok umur, sedangkan kebutuhan gizi seseorang akan berbeda-beda di setiap tahapan kehidupan, hal ini dapat menyebabkan stock keeping unit (SKU) perusahaan meningkat secara eksponensial.

Walau demikian, langkah-langkah digitalisasi industri mamin terus ditempuh untuk menuju terwujudnya personalisasi produk. PT Greenfields sudah mulai menerapkan digitalisasi dalam proses produksinya, misalnya melalui penggunaan Sistem Manajemen Mutu untuk menentukan kandungan lemak dari susu mentah. Hal ini membantu perusahaan memutuskan produk mana yang akan diproduksi dari sudut pandang perencanaan dan penjadwalan produksi.

“Dengan kolaborasi perencanaan quality control dan proses produksi, informasi yang didapatkan secara digital ini juga membantu dalam mempersingkat waktu pelepasan produk ke pasar,” lanjut Darmanto.

Sebagai bentuk keseriusan Indonesia dalam akselerasi transformasi industri melalui teknologi digital, Indonesia akan kembali menjadi negara mitra Rmresmi Hannover Messe di Jerman pada 2023. Hannover Messe adalah pameran internasional terbesar dalam sektor teknologi dan solusi industri yang pada tahun ini akan digelar pada 17-21 April. (TUT)

Tulisan Terkait

Comments

Leave a reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *