Berita

Cerita Ibad Mengembangkan Bisnis Kerupuk Daun Bambu

0

Kerjha ― Kadang memulai berbisnis tak melulu harus terencana dengan sistematis. Tak dinyana, beberapa pengusaha sukses yang menggeluti bisnisnya justru berawal dari keisengan. Ini seperti bisnis kerupuk daun bambu yang digeluti Ibad Badriah.

Ibad, 43 tahun, merupakan ketua Kelompok Perempuan Motekar klaster usaha kerupuk daun bambu di kampung Tangan-Tangan RT 02, Desa Bongas, Kecamatan Cililin, Kabupaten Bandung Barat.

Menurut warga Cililin ini, awalnya ia iseng membuat kerupuk berbahan dasar daun bambu. Sering membuat kerupuk jenis lain, akhirnya dia terinspirasi untuk mencampurkan daun bambu. Sebab daun bambu di sekitarnya sangat melimpah.

Kemudian, dia bertemu dengan salah satu teman yang merupakan pengusaha bambu. Sang teman mendukung Ibad untuk mengembangkan usaha kerupuk daun bambu, karena menurutnya menarik dan unik.

Berkat dukungan itu, Ibad akhirnya melakukan uji coba membuat kerupuk daun bambu. Setelah beberapa kali mencoba, Ibad pun memberanikan diri memberikan tester kerupuk tersebut kepada orang-orang sekitar.

“Saya bikin dulu tester sample, terus saya cobain ke teman-teman. Mereka bilang kerupuknya enak. Nah, sebelumnya saya membuat kerupuk daun bambu ini pakai ampasnya, cuma enggak cocok. Terus pakai sari daun bambu dan cocok,” ujarnya

Dari 1 kg bahan baku sari daun bambu, Ibad hanya memakai dua kg tepung kanji. Tujuannya agar aroma daun bambu lebih terasa. Seiring berjalannya waktu dan dukungan dari teman-teman serta keluarga, akhirnya Ibad memberanikan diri membuka usaha kerupuk daun bambu.

Ibad tak ingin sukses sendiri, perempuan ini merangkul ibu-ibu di sekitar agar mereka mendapatkan penghasilan, bisa mandiri dan tak bergantung dari penghasilan suami. Pada 2021, Kelompok Perempuan Motekar klaster usaha kerupuk daun bambu resmi berdiri.

Meskipun produksi usaha kerupuk daun bambu masih sedikit, tapi setidaknya, kata Ibad, para ibu-ibu itu bisa mendapatkan penghasilan walaupun masih rendah. Selain itu, ibu-ibu tersebut menjadi lebih produktif.

Meski begitu, dalam proses menjalankan usaha, Ibad mengaku tidak mudah. Selalu ada kerikil kecil jadi penghalang. Di antaranya, ada yang mengejek produk kerupuk daun bambu milik kelompok usaha Ibad. Apalagi kerupuk ini masih tergolong langka.

Melewati berbagai tantangan, bisnis Ibad akhirnya memiliki peluang untuk berkembang. Dia mendapatkan Kredit Usaha Rakyat (KUR) sebesar Rp 50 juta dari BRI. Kebetulan, ia memang sudah menjadi nasabah BRI sejak 2018.

Setelah mulai dikenal masyarakat, Kelompok Perempuan Motekar klaster usaha kerupuk daun bambu kembali mendapatkan bantuan dari BRI. Kali ini berupa peralatan produksi dengan nominal Rp 70 juta. “Mulai dikenal, saya dapat bantuan dari BRI berupa peralatan Rp 70 juta,” ujarnya.

Bersyukur, berkat bantuan dari BRI, pihaknya bisa memproduksi kerupuk daun bambu lebih banyak lagi. Kendati ia mengakui lokasi produksi menjadi kendala. Selama ini produksi masih dilakukan di rumah pribadi Ibad.

Tak sebatas bantuan dana dan peralatan, kelompok usaha Ibad juga sering mendapatkan pelatihan dari BRI mengenai pengemasan produk dan pemasaran. Ke depan, Ibad berharap bisa meningkatkan produksi dan pemasaran kerupuk daun bambu kelolaannya. (EDA)

Tulisan Terkait

Comments

Leave a reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *