Berita

Ekonomi RI Tumbuh Positif di Tengah Kontraksi Global

0

Kerjha — Di tengah perlambatan ekonomi global, perekonomian Indonesia masih menunjukkan kinerja positif yang menggembirakan. Peningkatan konsumsi rumah tangga dan aktivitas manufaktur menjaga Indonesia tetap mampu mencatatkan pertumbuhan yang relatif stabil dan berkelanjutan.

“Indonesia sendiri masih dalam posisi PMI yang ekspansif dan bahkan cenderung menguat yaitu 53,3,” terang Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati, Jumat (11/8).

Sri Mulyani menambahkan, di tengah kontraksi ekonomi dunia, hanya ada 18,2 persen negara yang mencatatkan PMI manufakturnya ekspansif dan sekaligus menguat, termasuk di antaranya Indonesia, India, Filipina dan Meksiko.

“Minggu lalu, BPS telah menyampaikan bahwa perekonomian Indonesia dalam posisi yang cukup baik. Pertumbuhan ekonomi kita di 5,17 persen kalau pakai satu digit berarti menjadi 5,2 persen. Ini di atas ekspektasi mayoritas para analis pasar yang memprediksikan perekonomian Indonesia akan tetap tumbuh namun tidak setinggi di 5,17. Ini artinya cukup baik,” lanjutnya.

Menurut Sri Mulyani, APBN terus bekerja untuk menjaga momentum pertumbuhan ekonomi Indonesia. Jika dilihat dari komposisi pertumbuhan ekonomi di kuartal kedua ini, konsumsi rumah tangga tumbuh dengan 5,2 persen. Ini lebih kuat dibandingkan kuartal pertama yang 4,5 persen.

Sri Mulyani menyebutkan, beberapa faktor yang pengaruhi oleh APBN dari konsumsi rumah tangga. Kinerja APBN dan sinergi untuk menjaga inflasi supaya terus menurun, menyebabkan daya beli masyarakat tetap terjaga atau bahkan menguat. Selain itu, APBN juga bekerja untuk membantu masyarakat terutama yang paling rentan, hingga 40 persen dengan belanja-belanja bantuan sosial dan bantuan kepada masyarakat. Hal ini juga turut meningkatkan daya beli juga konsumsi masyarakat, terutama kelompok yang paling rentan.

Kemudian, APBN juga memberikan THR gaji ke-13 dan belanja yang dilakukan oleh pemerintah baik untuk persiapan pemilu, penyelenggaraan ASEAN Chairmanship, pelayanan birokrasi dan investasi baik itu di proyek strategis nasional, IKN, dan pemeliharaan aset negara.

“Ini semuanya belanja negara yang jumlahnya signifikan, sangat menentukan dan mempengaruhi kinerja growth terutama dari sisi permintaan. Konsumsi rumah tangga di 5,2 persen, konsumsi pemerintah tumbuh 10,6 persen di kuartal kedua. Kedua hal ini, konsumsi rumah tangga dan pemerintah, menjelaskan 60,8 persen dari total GDP nasional,” tuturnya.

Dalam situasi ekonomi global yang melambat dan dinamika geopolitik yang masih terus bergejolak, APBN 2023 bertekad untuk mempercepat pemulihan ekonomi dan melaksanakan agenda prioritas nasional. Tujuannya adalah untuk menciptakan pertumbuhan ekonomi yang berkualitas dan memberikan manfaat langsung bagi masyarakat. (EDA)

Tulisan Terkait

Comments

Leave a reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *