Berita

Inkubator Usaha Jaring Wirausaha dari Kampus

0

Kerjha ― Menteri Koperasi dan UKM (MenKopUKM) Teten Masduki terus menjaring dan mencetak lebih banyak wirausaha dari kampus melalui inkubator usaha yang dikembangkan di lingkungan kampus.

“Saat ini perlu bagi seluruh kampus di Tanah Air untuk memiliki kurikulum yang mendidik mahasiswa-mahasiswanya untuk menjadi wirausaha muda dengan menciptakan lapangan kerja, sehingga bukan lagi sebagai pencari kerja melalui inkubator usaha di kampus,” m Teten Masduki dalam acara Young Entrepreneur Wanted di Citebon, Jawa Barat, Sabtu (16/7).

Menteri Teten mengatakan, Cirebon menjadi salah satu kawasan yang memiliki banyak sentra UMKM. Untuk itu, sudah selayaknya banyak wirausaha lahir dari Kota Udang ini. Seiring dengan hal tersebut, pemerintah juga sedang menyiapkan program Sejuta Wirausaha Mapan baru untuk meningkatkan rasio kewirausahaan nasional.

Diketahui, rasio kewirausahaan Indonesia baru mencapai 3,18 persen. Sementara untuk menjadi negara maju setidaknya rasio kewirausahaan harus mencapai minimal 4 persen. Menteri Teten mengatakan, Kementerian Koperasi dan UKM saat ini berkeliling kampus di Indonesia untuk menyiapkan mahasiswa sebagai pencipta kerja.

Salah satunya yang sudah berjalan adalah kerja sama antara KemenKopUKM dengan Universitas Prasetya Mulia, di mana mahasiswa yang turun di lingkungan masyarakat lewat Kuliah Kerja Nyata (KKN) ke desa-desa, membantu pelaku UMKM untuk memperbaiki kemasan dan menyusun business plan.

Dari pengalaman itu, kata Teten, selain berdampak menambah pengetahuan UMKM dalam mengembangkan bisnisnya, ternyata banyak mahasiswa setelah KKN justru mempunyai ide bisnis. Untuk itu, katanya, penting bagi kampus dalam menyiapkan inkubator mahasiswa.

“Kami ingin menciptakan wirausaha yang punya jiwa kompetitif. Terutama berbasis SDM berkualitas supaya produk UMKM tak kalah bersaing,” ujarnya.

Menurut Teten, setiap tahun ada sekitar 1,7 juta sarjana baru yang mencari kerja. Sementara total angkatan kerja baru mencapai 3,5 juta sarjana baru namun yang terserap hanya 2 juta sarjana. Ini artinya pertumbuhan ekonomi sebesar 5 persen, setiap 1 persennya hanya mampu menyerap 400 ribu pekerja. Sisanya jika tak ingin menjadi pengganguran harus mulai dari sekarang menyiapkan kurikulum untuk enterpreneur.

“Lapangan pekerjaan sebesar 90 persen disiapkan oleh UMKM. Syukur alhamdulillah, dari survei yang ada, sekitar 73 persen anak-anak muda tak ingin jadi pegawai. Mereka ingin jadi pengusaha. Untuk itu, harus diubah kurikulum di kampus jangan mencetak pegawai tapi cetak pengusaha, inkubator siapkan menjadi pelaku usaha,” katanya. (HAS)

Tulisan Terkait

Comments

Leave a reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *