Berita

Kolaborasi Mengembangkan Jagung Rendah Aflatoxin

0

Kerjha ― Pengusaha (stakeholder) pengolahan jagung rendah aflaxtoxoin (JRA) di Indonesia menyambut baik kolaborasi antara Perkumpulan Produsen Pemurni Jagung Indonesia (P3JI), Kementerian Pertanian (Kementan), pemerintah daerah dan kelompok tani untuk memenuhi kebutuhan bahan baku lokal yang berkualitas dan memenuhi standar kadar aflatoksin di bawah 20 ppb (per part billion).

Salah satu perusahaan yang mengapresiasi kerja sama ini adalah PT Tereos FKS Indonesia. Perusahaan ini mengolah JRA menjadi pati jagung, glucose, fructose, dextrose, dan maltodextrin untuk memenuhi kebutuhan dalam maupun luar negeri. Semua produk yang dihasilkan merupakan pemanis rendah kalori yang bisa menggantikan penggunaan gula rafinasi impor.

“Kami siap membeli jagung (JRA) dengan harga premium dan lebih baik dari harga yang dibeli pabrik pakan saat ini,” ucap Presiden Direktur PT Tereos FKS Indonesia R. Wiswan Djaja, belum lama ini.

Wisman menambahkan, melalui kerja sama dengan petani Lampung Selatan perusahaannya memiliki opsi pembelian bahan baku. Selama ini, ungkap dia, baru petani di Lombok Timur yang mampu menghasilkan JRA dalam skala usaha cukup besar.

Berdasarkan data dari BPS diperkirakan kebutuhan akan JRA sebesar 1 juta ton per tahun, dan setiap tahunnya meningkat.

“Saya berharap program ini dapat terus ditingkatkan oleh para petani jagung sehingga pasokan dalam negeri mudah didapat,” ungkap Wisman.

Salah satu kelompok tani yang sudah mulai mengembangkan JRA ini ada di Kabupaten Lampung Selatan. Solihin, Ketua Poktan Tani Maju menyebutkan, uji coba produksi akan dimulai pada musim panen Maret. Kini kelompok tani ini telah menanam jagung pada lahan seluas 25 hektar.

“Kami optmistis membudidayakan jagung ini (JRA). Kami akan meniru petani di Lombok Timur sesuai arahan dari Kementan,” ucap Solihin.

Ia berharap semua produk jagung dari lahan tersebut bisa menjadi jagung rendah aflatoxin dan siap dikirim kepada PT Tereos FKS Indonesia.

Direktur Jenderal Taman Pangan Kementan Suwandi menyatakan, kunci dari produksi jagung JRA ini adalah proses panen dan pasca panennya. Suwandi meminta petani untuk menjalankan prosedur budidaya, sehingga hasil panen bisa optimal.

Terkait dukungan alat Kementan, Suwandi menyatakan telah memberikan bantuan alat panen Corn Combine Harvester dan mesin pengering jagung vertical atau dryer. (AJI)

Tulisan Terkait

Comments

Leave a reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *