Berita

Pangkas Biaya Logistik, Pelindo Kembangkan Pelabuhan Terintegrasi Kawasan Industri

0

Kerjha — Pascamerger pada 1 Oktober 2021 lalu, PT Pelabuhan Indonesia (Persero) atau Pelindo terus mengembangkan pelabuhan yang terpadu dengan kawasan industri (hinterland). Pengembangan ini dilakukan melalui pembangunan pelabuhan yang langsung terhubung dengan kawasan industri sehingga mampu memangkas biaya logistik.

Langkah ini dilakukan dengan menciptakan well-connected ecosystem melalui pembangunan infrastruktur jalan tol dan menyediakan alternatif multimoda misalnya kereta api, untuk memperlancar arus barang dari pelabuhan ke kawasan industri dan sebaliknya.

Direktur Utama PT Pelindo (Persero) Arif Suhartono mengatakan, pelabuhan memiliki peran strategis dalam mata rantai layanan logistik nasional. Sebagian besar pelabuhan di Indonesia merupakan gateway, artinya pelabuhan sangat bergantung pada permintaan dari industri, sehingga Pelindo tidak hanya berperan secara pasif tapi juga proaktif berperan sebagai traffic creator.

“Dengan kolaborasi, pelabuhan dapat menjadi pusat kegiatan ekonomi yang mendukung pertumbuhan ekonomi nasional,” kata Arif Suhartono, Senin (6/11).

Untuk mencapai tujuan tersebut, Pelindo pun menjalin kolaborasi dengan sejumlah pihak. Misalnya, menggandeng AKR Corporindo Tbk di Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Gresik, Java Integrated Industrial and Port Estate (JIIPE) di Manyar, Kabupaten Gresik, Jawa Timur.

Di JIIPE, kawasan industri terintegrasi dengan pelabuhan dan kawasan permukiman. Dari luasan 3.000 hektare, 1.761 hektare untuk kawasan industri, 406 hektare untuk pelabuhan, dan sisanya permukiman. Dibangun sejak 2012, JIIPE kemudian ditetapkan menjadi Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) pada 2021. Sejumlah industri strategis menjadi tenant utama di kawasan tersebut.

Salah satunya adalah pabrik pemurnian logam (smelter) milik PT Freeport Indonesia. Pabrik dengan kapasitas pengolahan konsentrat sebesar 1,7 juta ton per tahun ini dibangun di atas lahan 100 hektare di JIIPE dengan total investasi USD 3 miliar atau sekitar Rp 45 triliun.

Sampai 2021, JIIPE yang berfokus pada industri teknologi tinggi dan padat modal ini telah memiliki 16 tenant. Setelah menjadi KEK, ada tambahan lima tenant lagi, termasuk Freeport.

“Pemerintah menargetkan investasi asing dan industri padat modal di KEK Gresik ini sebesar USD 16 miliar atau sekitar Rp 250 triliun,” kata Direktur Logistik PT Berkah Kawasan Manyar Sejahtera (BKMS), Agung P. Guritno.

PT Berkah ini merupakan pengelola Kawasan Ekonomi Khusus Gresik, JIIPE.

Menurut Agung, selain menyatu dengan pelabuhan, nilai plus JIIPE lain adalah keterpaduan antar industri di kawasan ini. Agung mencontohkan PT Hailiang Nova Material Indonesia. Pada Juni 2023, anak perusahaan Zhejiang Hailliang Co, Ltd, Tiongkok ini mulai membangun pabrik foil tembaga di atas lahan seluas 19,6 hektare di JIIPE.

“Perusahaan ini menjadi off-taker katoda tembaga yang diproduksi pabrik smelter Freeport,” jelasnya.

Dalam investasi ini, Hailiang mengucurkan investasi sebesar USD 860 juta atau Rp 13 triliun.

Limbah baja (iron slag) dari pabrik smelter, kata Agung, juga bisa dimanfaatkan untuk pabrik beton, semen, dan pupuk. Di JIIPE saat ini juga sudah bergabung PT Adhimix PCI Indonesia dan PT Waskita Beton Precast. Tidak jauh dari Gresik, PT Semen Indonesia (Persero) Tbk juga memiliki pabrik semen di Tuban yang nantinya juga terhubung dengan JIIPE melalui jalan tol. Limbah baja juga bisa dimanfaatkan PT Petrokimia Gresik untuk memproduksi pupuk Silika.

Pelindo juga mengembangkan pelabuhan lain yang terintegrasi dengan kawasan industri, yakni Pelabuhan Kuala Tanjung yang terletak di Kabupaten Batu Bara, Sumatera Utara. Pelabuhan ini hanya berjarak 2 km dengan Kawasan Industri Kuala Tanjung yang dikelola PT Prima Pengembangan Kawasan, anak perusahaan PT Subholding Pelindo Solusi Logistk (SPSL).

Pelabuhan Kuala Tanjung juga terhubung dengan KEK Sei Mangkei di Kabupaten Simalungun, Sumatera Utara, melalui jalan tol dan jalur kereta api. Pelindo, bersama PT Kereta Api Indonesia (KAI) dan PT Perkebunan Nusantara III (PTPN III) membangun jalur kereta api sepanjang 42 km. Transportasi melalui kereta api ini akan memangkas waktu tempuh menjadi 30-40 menit. Sebelumnya, Sei Mangkei-Kuala Tanjung ditempuh lebih dari satu jam.

Anak usaha PTPN III, PT Industri Nabati Lestari (INL) yang berlokasi di Sei Mangkei akan menjadi salah satu pemasok utama Kuala Tanjung Multi Purpose Terminal. Setiap hari, PT INL mengirim sekitar 1.500 ton minyak goreng ke Kuala Tanjung, 90 persen di antaranya diekspor, utamanya ke India. Selain itu, ada PT Unilever Tbk. yang mengirim semifinished product seperti bahan baku sabun dan kosmetik ke Kuala Tanjung sekitar 36 x 20 Teus per hari.

Pelabuhan yang berada di alur pelayaran utama Selat Malaka ini merupakan alternatif bagi Pelabuhan Belawan, Medan. Jarak Sei Mangkei ke Belawan lebih dari tiga kali lipat jarak ke Kuala Tanjung, yakni 139 km. Pelabuhan ini juga dirancang sebagai pusat kegiatan barang curah dan pusat rantai pasok (bulk logistic and supply chain hub).

Pelindo juga menggeber pengembangan Terminal Kijing yang berlokasi di Kabupaten Mempawah, Kalimantan Barat. Pelabuhan yang diresmikan pada 9 Agustus 2022 ini merupakan alternatif dari Pelabuhan Pontianak yang sudah sulit dikembangkan karena keterbatasan lahan.

Pada tahap awal, pelabuhan yang dibangun di atas lahan 200 hektare ini sudah memiliki dermaga 1.000 x 100 meter, Port Management Area (200 x 100 meter), trestle sepanjang 3,45 km dengan lebar 19,8 meter, terminal petikemas dengan kapasitas 500 ribu TEUs per tahun, dan terminal multipurpose berkapasitas 500 ribu ton per tahun. Sedangkan kawasan industri yang sudah siap dipasarkan seluas 130 hektare.

Untuk pengembangan Terminal Kijing dan kawasan industri di Mempawah ini, Pelindo membuka peluang kerja sama dengan pihak eksternal. Potensi pengembangan kawasan industri ini sangat besar.

Selain CPO dan produk turunannya, Kalimantan Barat merupakan daerah dengan cadangan bauksit sebesar 840 juta ton, 67 persen dari cadangan nasional. Saat ini, PT Antam (Persero) Tbk, sedang menyelesaikan pembangunan smelter di kawasan industri Mempawah ini.

Pengembangan pelabuhan yang terintegrasi dengan kawasan industri merupakan salah satu upaya Pelindo untuk memangkas biaya logistik. Kawasan industri yang terintegrasi dengan pelabuhan akan memotong ongkos transportasi, sekaligus mempercepat arus barang dari dan menuju pelabuhan. Selain itu, pengembangan kawasan industri akan meningkatkan serapan tenaga kerja dan mendorong pertumbuhan ekonomi domestik. (*)

Tulisan Terkait

Comments

Leave a reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *