Berita

PTPN XI Ekspor Daun Tebu Kering ke Jepang

0

Kerjha ― PT Perkebunan Nusantara XI berhasil mengekspor daun tebu kering atau daduk untuk kali ketiga dari Pabrik Gula Djatiroto Lumajang, Jawa Timur, Jumat (16/10) ini. Sebelumnya ekspor serupa telah dilakukan pada Februari dan Agustus lalu.

Pada ekspor kali ini, sekitar 34 ton daduk atau sugar cane top (SCT) yang berasal dari kebun HGU Djatiroto, berhasil dikirimkan ke Jepang. Di negeri itu daduk

“Pasar masih terbuka luas, kami ambil peluang emas ini untuk memperkuat core bisnis PTPN XI. Kami berkomitmen untuk menjaga performa core bisnis, tetapi juga mengoptimalkan resource yang ada sesuai program strategis PTPN XI,” jelas Kepala Puslit Sukosari Nanik Tri Ismadi, yang menjadi penanggungjawab program ekspor daduk.

Selain bermanfaat secara ekonomis, pengambilan daduk dari kebun juga memiliki pengaruh bagi pertumbuhan tebu, serta berbagai manfaat lainnya.

Nanik bilang, mengolah daduk yang berlimpah dan kerap dianggap sampah, memiliki nilai ekonomi tinggi.

Daduk yang menempel pada batang tanaman tebu lazimnya memang dibersihkan agar dapat menaikkan proses pembentukan gula dalam batang tebu dan mendorong tebu cepat masak.

Langkah ini juga berguna untuk memperbaiki sanitasi kebun dan membantu mempermudah persiapan lahan setelah tebu ditebang untuk pengolahan lahan selanjutnya. “Namun tentunya tidak semua daduk diambil habis, masih ada yang dibiarkan agar terurai dan menambah unsur hara tanah lahan,” terang Nanik.

Asal tahu saja, PTPN XI mengumpulkan daduk setiap hari selama musim giling, yang kemudian diolah hingga siap dikirim ke luar negeri.

“Daduk kering sebagai bahan SCT dikumpulkan setiap hari selama musim giling oleh tim khusus pencari daduk dari kebun HGU Djatiroto yang dekat dengan lokasi pabrik SCT, untuk kemudian dicacah dengan mesin crusher dengan panjang cacahan 3-5 cm. Daduk kemudian dijemur di bawah sinar mata hari hingga kering. Setelah daduk kering dengan kelembapan 12 persen, maka selanjutnya siap untuk dipressing,” katanya.

Faktor cuaca, ungkap Nanik, sangat memengaruhi proses pengeringan bahan SCT. Selain itu, pasokan bahan baku daduk yang masih belum stabil menjadi kendala saat ini. Karena itu, PTPN XI juga membuka kerja sama bagi petani tebu untuk memasok bahan baku.

Asumsi perolehan jumlah daduk adalah 2 persen pada masa pemeliharaan atau klentekan dan 10 persen pada saat musim giling/panen dan protas sebesar 800 Ku/hektare. Dengan demikian, potensi pasokan daduk diperkirakan sekitar 16 Ku/hektare pada masa pemeliharaan dan sekitar 80 Ku/hektare pada masa panen.

Langkah inovatif manajemen PTPN XI ini pun mendapatkan apresiasi dari jajaran dewan komisaris. “Kami memberikan apresiasi dan dukungan kepada manajemen dalam menjaga performa bisnis korporasi, memperkuat core bisnis serta mengoptimalkan aset dan sumber daya yang ada agar bisa berkelanjutan, terutama di masa pandemi seperti ini. Terobosan memang harus dilakukan, dan ini menjadi nilai tambah bagi PTPN XI,” kata Komisaris Utama PTPN XI Dedy Mawardi. (DON)

Tulisan Terkait

Comments

Leave a reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *