Berita

Ragam Manfaat Ikan untuk Kesehatan Keluarga

0

Kerjha ― Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) mengajak para ibu untuk menjadi agen kesehatan keluarga. Dengan menyiapkan konsumsi ikan lokal di meja makan serta menjadikan ikan sebagai menu utama keluarga, ibu juga menjadi sosok pendorong ekonomi nasional.

“Peningkatan konsumsi ikan diharapkan akan menggerakkan produksi di hulu serta terjadi perbaikan gizi masyarakat yang akan mendukung peningkatan kualitas sumber daya manusia,” terang Direktur Jenderal Penguatan Daya Saing Produk Kelautan dan Perikanan (PDSPKP), Artati Widiarti saat berbicara di webinar bertajuk “Wonder Mom: Ibu Siap Jadi Chef & Ahli Gizi Andal di Rumah!” di Jakarta, Kamis (11/11).

Dalam forum yang diikuti oleh Dharma Wanita Persatuan dari sejumlah kementerian/lembaga ini, Artati menyebut ikan bisa menjadi jawaban atas permasalahan gizi kekurangan protein akut dan obesitas. Senada, Ketua DWP KKP Yani Antam Novambar memaparkan ikan memiliki kandungan gizi yang lengkap dan berperan penting dalam 1.000 hari pertama kehidupan. “Utamanya membantu perkembangan jaringan mata dan jaringan otak anak-anak di bawah usia dua tahun,” kata Yani.

Sementara Lektor Kepala Politeknik Ahli Usaha Perikanan Niken Dharmayanti mengurai sebuah studi yang diterbitkan di European Journal of Neurology Juni 2005. Penelitian ini mengungkap fakta bahwa 127 juta dari 466 juta penduduk Eropa mengalami gangguan otak dan mental. Adapun dana untuk pengobatan dan hilangnya produktivitas tersebut mencapai € 386 miliar.

Dalam kajian lain, Director of the Institute of Brain Chemistry & Human Nutrition, University of North London pada World Seafood Congress, Dublin, M. Crawford, pada September 2007 menemukan fakta kerusakan otak dan gangguan mental, mengalahkan isu penyakit jantung dan obesitas.

“Solusi atas kedua persoalan di atas ialah makan ikan atau seafood,” ujar Niken.

Dalam forum tersebut, Niken mengungkap sebuah survei terhadap empat kelompok pengonsumsi ikan dengan frekuensi yang berbeda dan diamati selama 16 tahun. Kelompok pertama makan ikan tiap hari, kedua makan ikan kadang-kadang, ketiga jarang sekali makan ikan dan terakhir tidak makan ikan sama sekali.

“Hasil kelompok pertama pada umumnya memiliki angka kematian yang rendah dibandingkan kelompok empat, berkaitan berbagai macam kanker, jantung dan hepatitis,” sambungnya.

Praktisi Nutrisi Raissa Edwina Djuanda juga menyamapikan hal yang sama. Dia menyebut sebuah penelitian pada 2004 menemukan fakta, orang yang mengonsumsi ikan satu kali per pekan memiliki risiko kematian akibat cardiovascular disease (CVD) 15 persen lebih rendah dibanding yang tidak mengonsumsi ikan. Pada kajian lain pada 2010 disebutkan, konsumsi makanan laut yang cukup di masa kanak-kanak telah terbukti membantu perkembangan saraf, kognitif dan visual.

“Coba sekali seminggu makan ikan saja sudah mengurangi risiko kematian akibat CVD,” terang Raissa.

Alumnus kedokteran Universitas Indonesia ini juga menyontohkan ikan-ikan yang memiliki kandungan gizi dan manfaatnya bagi kesehatan. Dimulai dari ikan tuna yang sebagian besar lemaknya omega 3 dan mampu menyehatkan jantung, mencegah anemia, menjaga kesehatan tulang dan menyehatkan mata.

Kemudian ikan teri dengan kandungan omega 3 dan selenium, membantu menurunkan kolesterol dan trigliserid serta meningkatkan imun. Lalu ikan kembung yang bisa mencegah asma dan diabetes.

Tak hanya ikan laut, ikan air tawar juga mengandung gizi dan bermanfaat bagi kesehatan. Raissa memaparkan, ikan patin sangat cocok untuk pelaku diet dan meningkatkan sensitivitas insulin. Menurutnya, ikan patin kaya akan lemak omega 3.

“Lemak ini bagus, lemak yang sehat kaya akan omega 3 juga, jadi boleh dimakan. Vitamin D ikan patin tinggi, sudah seperti minum kapsul vitamin,” terangnya.

Sebagai informasi, acara ini merupakan rangkaian dari peringatan Hari Ikan Nasional 2021. Sebelumnya, Menteri Kelautan dan Perikanan Sakti Wahyu Trenggono mendorong peningkatan konsumsi ikan di tengah pandemi Covid-19. Terlebih di dalam ikan terkandung imunostimulan atau senyawa yang dapat menstimulus imun dalam tubuh. (TUT)

Tulisan Terkait

Comments

Leave a reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *