Berita

Sinergi PLN, Pertamina dan Pupuk Kembangkan Industri Hijau

0

Kerjha — Tiga lerusahaan Badan Usaha Milik Negara (BUMN), yaitu PT PLN (Persero), PT Pertamina (Persero) dan PT Pupuk Indonesia bersinergi mewujudkan green industry cluster melalui penyediaan energi baru terbarukan (EBT) dalam pengembangan green hydrogen dan green ammonia. Penandatanganan Nota Kesepahaman tersebut dilaksanakan di Kantor Kementerian BUMN, Jakarta, Rabu, (23/2), dengan disaksikan langsung oleh Wakil Menteri I BUMN Pahala Nugraha Mansury.

“Sebagai bagian dari pemenuhan Paris Agreement dan COP26, Indonesia berkomitmen mencapai net zero emission pada 2060 serta mengurangi emisi gas rumah kaca berbasis National Determined Contribution (NDC) hingga 29 persen pada 2030. Untuk mewujudkan target nasional tersebut, peran BUMN sangat signifikan, khususnya pada tujuh BUMN emitter terbesar yang di antaranya adalah PLN, Pertamina, dan Pupuk Indonesia. Dalam penyediaan listrik, bauran EBT telah ditargetkan dalam RUPTL sebesar 23 persen pada 2025,” kata Pahala Nugraha Mansury.

Menurutnya, inisiatif pembentukan green industry cluster ini juga telah ditetapkan sebagai salah satu Strategic Delivery Unit (SDU) Kementerian BUMN pada 2022. MoU Green Industry Cluster bakal menjadi dasar sinergi BUMN dalam menciptakan framework pengembangan yang lengkap dan terstruktur atas kegiatan dekarbonisasi sektor industri, baik melalui utilisasi sumber-sumber energi terbarukan maupun mitigasi atas emisi pemanfaatan energi fosil melalui teknologi CCS/CCUS.

Direktur Utama PLN Darmawan Prasodjo menjelaskan, dalam kerja sama ini PLN bakal mengambil peran dalam kajian terkait penyediaan green energy berbasis EBT seperti panas bumi, angin dan air di pabrik-pabrik milik Pupuk Indonesia yang selaras dengan kebijakan nasional untuk mencapai target bauran energi sebesar 23 persen pada 2025.

“PLN juga menyediakan sertifikat energi baru terbarukan atau renewable energy certificate (REC) dari sisi hulu sampai hilir di seluruh pabrik milik Pupuk Indonesia,” ujar Darmawan.

PLN sendiri menyatakan kesiapannya dalam mendukung green industry melalui operasional pembangkit berbasis EBT saat ini. Tak hanya itu, PLN juga sudah merencanakan untuk penambahan kapasitas pembangkit EBT. Misalnya di wilayah Sumatera, PLN mampu menyediakan akses listrik hijau untuk Pupuk Iskandar Muda dan Pupuk Sriwijaya dengan total kapasitas 2.213 MW yang terdiri dari PLTA, PLTP, PLTS dan PLTB.

Sedangkan di wilayah Kalimantan, PLN juga mampu memberikan akses listrik hijau ke Pupuk Kaltim dengan potensi kapasitas terpasang mencapai 1.205 MW yang ditopang dari PLTA, PLTS dan PLTB. Wilayah Jawa, khususnya untuk Petrokimia Gresik dan Pupuk Kujang PLN mampu menyediakan kapasitas terpasang pembangkit EBT sebesar 5.375 MW yang ditopang dari PLTA, PLTP, PLTS dan PLTB.

Direktur Utama PT Pertamina (Persero) Nicke Widyawati menyampaikan, kerja sama tersebut merupakan satu milestone penting bagi BUMN dan Indonesia, di mana tiga perusahaan besar BUMN melakukan kolaborasi untuk mewujudkan energi masa depan atau green energy yang akan mendorong ke arah green economy.

“Seperti halnya yang sama-sama kita ketahui bahwa tahun ini kita juga mendapat kesempatan memegang presidensi G20. Tentu hal ini mendorong kita untuk terus menghasilkan berbagai achievement maupun milestone yang bisa mendorong ke arah transisi energi ini. Dalam kerja sama ini, kita akan mewujudkan green energy cluster. Oleh karena itu, penting kita bekerja sama sesuai dengan bidang masing-masing,” ucap Nicke.

Lebih lanjut Nicke menuturkan, kerja sama untuk mewujudkan green energy cluster tersebut karena dilandasi pemikiran atas tantangan masa depan ke arah transisi energi perlu dilakukan sesuai dengan kerangka ke depan.

Untuk menjalankan hal tersebut, Nicke mengungkapkan enam langkah:

Pertama, decarbonization program yang dilakukan mulai dari tingkat operasional, penggunaan energi baru dan terbarukan dalam penyediaan listrik, dan menghasilkan produk-produk yang ramah lingkungan, termasuk Carbon Capture & Storage– Utilization.

Kedua, electrification program, salah satunya yang pengembangan ekosistem EV dari hulu hingga hilir yang bekerjasama dengan PLN, Inalum, Antam, dan juga perusahaan-perusahaan lainnya.

Ketiga, decentralization di mana penggunaan energi utama (primary energy) sesuai yang dimiliki daerah untuk memenuhi kebutuhan di daerah tersebut.

Keempat, customerization untuk memahami kebutuhan konsumen di Pertamina menggunakan MyPertamina.

Kelima, digitalization yang sangat diperlukan perusahaan, khususnya mengantisipasi era pasca pandemi di seluruh rantai nilai bisnis.

Keenam, integration yang diwujudkan dalam kerja sama green energy cluster di mana Pertamina telah melakukan pengembangan green hydrogen di PLTP Ulubelu, pengembangan blue hydrogen untuk kilang Plaju dan Dumai. Dari Sumatera Selatan juga akan bergerak ke Jawa Barat karena wilayah tersebut memiliki suplai renewable energy yang melimpah, sehingga akan mandiri dalam suatu cluster.

“Jika kita membuat green belt, rasanya akan sangat menarik untuk dijadikan green belt pertama di Indonesia. Untuk itu kami sangat bersemangat untuk ikut dan memberikan komitmen penuh untuk pengembangan itu. Karena ini business model yang harus kita buat untuk melakukan transisi energi. Jadi tidak bisa lagi semuanya centralized,” ungkap Nicke.

Pupuk Indonesia menilai kerja sama ini merupakan kolaborasi BUMN untuk mewujudkan dekarbonisasi, yang menjadi salah satu fokus perusahaan pada tahun ini hingga 2030 mendatang. Sebagai pembeli (offtaker) dari energi bersih, perusahaan menargetkan bisa memproduksi produk yang ramah lingkungan dan memiliki nilai tambah bagi masyarakat.

“Kerja sama antara tiga BUMN ini sangat sejalan dengan roadmap dekarbonisasi di lingkungan Pupuk Indonesia Grup. Rencana jangka pendek kami adalah pemanfaatan program REC PT PLN untuk pasokan listrik di anak-anak perusahaan kami, yang akan diterapkan di Pupuk Kujang dan Petrokimia Gresik. Untuk jangka panjang, kerja sama ini mendorong produksi green ammonia di lingkungan Pupuk Indonesia dengan sumber energi baru dan terbarukan”, kata Direktur Utama PT Pupuk Indonesia, Bakir Pasaman. (TUT)

Tulisan Terkait

Comments

Leave a reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *